TANGSELXPRESS – Trigger mental adalah sebuah stimulus yang menyebabkan atau memperburuk gejala penyakit mental. Ini sering terjadi pada orang yang memiliki riwayat trauma atau sedang dalam masa pemulihan dari penyakit mental, tindakan menyakiti diri, kecanduan, dan gangguan makan.
Jika seseorang memiliki riwayat salah satu masalah tersebut, ketika melihat, mendengar, mencium aroma tertentu, atau menyentuh tekstur, secara tak terduga dapat menyebabkan kambuh secara tiba-tiba.
Banyak trigger mental yang berbeda dan bisa menjadi stimulus. Seringkali, pemicunya dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.
Maka memahami, mengidentifikasi, dan berupaya mencegah pemicu dapat mencegah trigger mental lebih efektif. Pemicunya sangat bervariasi pada setiap orang, tetapi dikategorikan menjadi berikut ini:
Trigger eksternal, termasuk indra berpikir, suara, pemandangan, tekstur yang menimbulkan respons berdasarkan pengalaman masa lalu.
Contohnya, mencium bau parfum yang dikenakan oleh orang tersayang yang telah meninggal dunia dapat memicu kesedihan.
Trigger internal, yaitu perasaan kuat yang muncul berdasarkan pengalaman masa lalu. Contohnya membuat janji dengan dokter setelah mengalami pengalaman medis yang negatif dapat memicu rasa takut.
Trigger trauma, perasaan kuat yang muncul berdasarkan trauma masa lalu. Contohnya, suara petasan dapat menjadi pemicu trauma bagi para veteran perang.
Trigger gejala, perubahan fisik dapat memicu masalah kesehatan mental yang lebih besar. Contoh, kurang tidur bisa memicu gejala gangguan bipolar.
Dilansir dari laman Heels Care Network, The University of North Carolina of Chapel Hill, bagi sebagian orang yang mengalami trigger mental dapat mengakibatkan respon fisik.
Seperti napas berat, berkeringat, menangis, dan reaksi emosional tertentu lainnya seperti berpikir sedang diserang. Bentuk trigger ini bagi sebagian orang bersifat bahaya dan menyebabkan kekambuhan.
Cara mengatasi trigger mental
Setelah mengalami suatu trigger, seseorang mungkin mempunyai perasaan negatif yang besar. Misalnya merasa kewalahan, ketidakberdayaan, ketakutan, dan lainnya. Perasaan ini dapat merugikan kesehatan mental dan seringkali membutuhkan cara pencegahan.
Terdapat banyak strategi penanggulangan, namun semuanya harus dilakukan secara fokus yang bertujuan mengurangi dampak pemicu dan kekuatan reaksi emosional. Cara mencegah trigger mental yang bisa memicu respon tertentu, diantaranya sebagai berikut:
- Belajar mengidentifikasi
Pertimbangkan reaksi terhadap pemicu di masa lalu. Ini termasuk siapa atau apa yang terlibat, di mana, kapan, dan mengapa hal itu terjadi. Pola dan tanda-tanda risiko perlu diamati secara jelas agar situasi serupa dapat dicegah.
- Buat rencana untuk mengatasinya
Untuk mencegah trigger mental memicu reaksi emosional, buatlah rencana untuk mengatasinya. Anda mungkin ingin berbicara dengan orang-orang terdekat atau tim ahli profesional untuk memberi tahu cara terbaik yang dapat Anda lakukan saat trigger tersebut muncul.
Pastikan berhati-hati mengatasi trigger mental yang terjadi berulang kali. Karena setiap kali terpicu, reaksi emosional mungkin semakin besar.
- Fokus menangani masalah
Cara mencegah trigger mental yang memicu reaksi emosional, salah satunya hadapi pemicu stres Anda secara langsung. Atau mencoba menemukan solusi terhadap pemicu stres tersebut.
Misalnya perjalanan melewati rumah sakit dapat menyebabkan mengingat trauma dari rumah sakit tersebut, sebaiknya temukan rute lainnya.
- Fokus pencegahan pada emosi
Ketika Anda tidak dapat menghilangkan atau menghindari pemicunya, fokuslah mengatur reaksi Anda terhadap pemicu stres yang dapat membantu mengurangi dampak menjadi lebih parah. Misalnya dengan beribadah dan melakukan meditasi untuk membantu mengurangi stres dan kecemasan.
- Berkomunikasi pada orang yang memicu reaksi emosional Anda
Seseorang atau siapapun dapat berisiko memicu trigger mental yang seringkali tidak sengaja. Maka bicarakan dengan mereka tentang dampak tindakan mereka untuk menjernihkan kesalahpahaman dan mempertimbangkan solusi yang mungkin dilakukan.
Dialog dan komunikasi harus dilakukan secara terbuka, tenang, dan penuh pengertian. Jika orang yang men-trigger menolak, sebaiknya tetapkan batasan yang jelas.
- Temukan terapi yang tepat
Jenis terapi tertentu telah terbukti efektif dalam mengatasi trigger mental, seperti terapi paparan dan terapi EMDR.
Support system juga dapat membantu agar tidak merasa sendirian. Selain itu, penting untuk memeriksa realitas pikiran Anda.
Minimalkan eskalasi pikiran dan perasaan sehingga berguna menilai kewajaran realitas tertentu. Cara untuk memeriksa realitas pikiran, pertama, dengan memeriksa fakta. Kedua, pertimbangkan distorsi kognitif, reframe, proporsionalitas reaksi, dan praktikkan perawatan diri atau self-care.
Meskipun trigger mental sulit dikendalikan, tetapi Anda bisa belajar mengontrol reaksi sebagai respon tertentu terhadap pemicunya.
Karena apapun yang bisa dikontrol atau dikendalikan berkaitan dengan mental, dapat membantu Anda tetap sehat jiwa dan raga.