TANGSELXPRESS- Virus cacar monyet (monkeypox) sampai saat ini tidak terdeteksi di Indonesia. Menkes Budi meminta masyarakat tetap waspada dan monkeypox baru bisa menular setelah ada gejala dari penderita.
“Ini (monkeypox) baru menular jika gejalanya sudah terlihat,” ujar Menkes Budi, dikutip dari laman Kemkes, Kamis (28/7).
Tidak seperti COVID-19, penularan virus monkeypox melalui sentuhan fisik dengan penderita. Virus ditularkan melalui cairan yang melepuh dari ruam atau bercak merah dari penderita.
Gejala awal dimulai dari demam dan merasa kurang sehat. Tapi baru diduga kuat sebagai penyakit monkeypox setelah ada bercak merah.
Bercak tersebut harus cepat diambil cairannya untuk pemeriksaan lab dan diagnosa. Biasanya penyakit ini bisa sembuh dalam waktu 2 minggu sampai 4 minggu.
Di Indonesia kasus monkeypox tidak terdeteksi hingga saat ini. Sebelumnya ada 9 orang suspek dan dinyatakan bukan monkeypox setelah pemeriksaan Lab. Ada pula 2 orang kontak erat dari Singapura yang transit di Indonesia yang akan menuju Malaysia.
“Jadi sampai sekarang Indonesia belum ada kasus monkeypox,” ucap Menkes Budi.
Dikatakan Menkes, antisipasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan adalah melalui surveilans yang bagus dan pemeriksaan Lab yang maksimal. Sudah ada 1.100 Lab di Indonesia yang bisa digunakan untuk pemeriksaa monkeypox.
“Kita sudah datang kan 500 reagen dan kita tambah lagi dan sudah ada 1.000,” kata menkes.
Terkait vaksinasi monkeypox, lanjut menkes, baru ada di Amerika dan Rusia. Vaksinnya sama dengan vaksin cacar air. Cukup diberikan satu kali untuk seumur hidup.
Antisipasi Pemerintah Terhadap Monkeypox
Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan, Moh. Syahril dalam keterangan pers ‘Update Perkembangan Cacar Monyet di Indonesia’ yang disiarkan secara daring pada Rabu (27/7) menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ditemukan kasus konfirmasi Monkeypox di tanah air.
“Alhamdulillah, sampai saat ini belum ditemukan kasus Monkeypox di Indonesia. Sebelumnya, ada 9 kasus yang diduga terinfeksi Monkeypox. Usai dilakukan pemeriksaan PCR, kesembilan orang tersebut dinyatakan negatif Monkeypox,” kata Jubir Syahril.
Meskipun demikian, berbagai mitigasi telah dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mengantisipasi masuk dan menyebarnya Monkeypox di Indonesia diantaranya memperkuat pemeriksaan surveilans di pintu masuk ke negara baik darat, laut dan udara, meminta seluruh dinkes provinsi dan Kabupaten/Kota, KKP, laboratorium, rumah sakit, puskesmas dan fasyankes lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terutama pasca penetapan Monkeypox sebagai PHEIC oleh WHO pada 23 Juli lalu.
Lebih lanjut, Kemenkes juga telah menyiapkan dua laboratorium rujukan pemeriksa Monkeypox di Indonesia yaitu Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati BKPK.
Untuk pencegahan ditingkat masyarakat, Jubir Syahril mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan diri dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun/alkohol, menggunakan masker serta membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).