Oleh: : Amelia Putri Azhari
HIRUK pikuk dan kesenjangan membuat banyak orang merasa tertekan. Setelah krisis ekonomi tahun 1998, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, dengan konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama.
Namun, laporan Bank Dunia menyatakan bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dapat dinikmati oleh 18–20 persen penduduk. Bagaimana bisa?
Fakta yang mengejutkan adalah bahwa banyak penduduk Indonesia bahkan tidak mendapatkan fasilitas yang layak dalam hal pendidikan dan kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan tempat tinggal yang layak.
18 persen –20 persen masyarakat yang dapat menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi adalah masyarakat yang berpendidikan tinggi, sehingga memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang besar pula.
Skenario pertumbuhan penduduk 5–6 persen per tahun di Indonesia menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan penduduk usia produktif. Namun fakta di lapangan menunjukkan sangat sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia. Banyak orang mengalami kesulitan mengakses sumber daya dan kesempatan kerja yang baik. Pada akhirnya, mereka juga akan dikucilkan secara sosial.
Masyarakat yang terpinggirkan dari berbagai aktivitas konsumsi yang sudah menjadi norma kehidupan baru rentan dicap sebagai warga kelas dua. Selain itu, kecenderungan terjadinya bullying juga menjadi perhatian.
Ketimpangan sosial yang terjadi membuat masyarakat Indonesia sulit berkembang. Jika seseorang dikucilkan dari suatu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh banyak orang, maka kebutuhan dasar mereka akan rasa memiliki atau menjadi bagian dari suatu kelompok sosial menjadi tidak terpenuhi.
Selain itu, marginalisasi melumpuhkan kemampuan individu untuk bernalar dengan baik dengan informasi. Terbukti dengan maraknya berita hoaks yang membuat panik banyak orang. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan untuk bernalar dengan informasi.
Isolasi memudahkan orang untuk melakukan hal-hal yang berbahaya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk membahayakan orang lain. Contohnya seperti mengkonsumsi rokok, narkoba, dan minuman keras. Perasaan seperti kurangnya penerimaan oleh lingkungan berdampak besar pada psikologis. Efek trauma tidak main-main dan bisa terancam cacat seumur hidup. Itu kerugian, bukan?
Berkenalan dengan STOA adalah awal yang baik.
Stoa, atau ketabahan, adalah orang-orang. Stoa adalah filsafat yang didirikan pada abad ke-3 SM. Para filosof adalah Marcus Aurelius,Epitektus, dan Seneca. Stoa adalah Filosofi yang dapat digunakan sebagai solusi untuk menghadapi berbagai tekanan kehidupan.
Tidak seperti filosofi lain, Stoa mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan apa yang telah diperintahkan alam semesta. Karena kaum Stoa percaya bahwa dalam hidup, tidak ada yang namanya kebetulan, Segala sesuatu yang terjadi pasti memiliki maksud dan tujuannya sendiri.
Tiga prinsip kehidupan Stoic:
1.Sadarilah bahwa tidak semuanya berada dalam kendali kita.
Kita bahkan tidak bisa mengontrol kesehatan kita. Ketika Anda berolahraga secara teratur dan makan empat makanan sehat lima sempurna, tetapi ketika Anda bertemu seseorang yang batuk, Anda juga terkena batuk. Dari sini, kita belajar bahwa tidak semuanya berada dalam kendali kita. Apa saja yang bisa kita kendalikan? Kita dapat mengendalikan pikiran, perkataan, dan tindakan kita. Selebihnya, kita biarkan alam semesta yang bekerja.
2.Tidak peduli dengan perkataan orang lain. Bukan berarti kamu tidak menunjukkan emosi.
Membiarkan orang lain membuat asumsi dan tidak repot-repot mencoba membuktikan apa yang orang lain katakan itu salah adalah cara hidup. Orang yang menyukaimu tidak membutuhkan itu, dan orang yang membencimu tidak akan mempercayainya. Hidup untuk menjadi versi terbaik dari diri kita adalah sesuatu yang harus kita ingat agar hidup kita tenang di tengah kesenjangan yang terjadi di ranah sosial.
3.Menunjukkan Empati dan Simpati kepada orang lain.
Ketika kita memahami bahwa orang lain mengkritik kita bukan karena dia membenci kita tetapi karena hidupnya kurang berwarna, dia mencoba memberi warna pada kehidupan orang lain. Menunjukkan simpati kepada orang seperti itu akan membuatnya belajar untuk lebih menghargai dirinya sendiri.
Efek Positif Hidup dengan Stoicisme
Menjalani hidup terasa lebih ringan, beban yang hadir bukan untuk diturunkan melainkan sebagai saksi untuk bertumbuh. Otak adalah monster yang bersemayam di dalam diri kita, bagaimana kita mengontrol otak kita untuk berpikir, mempengaruhi bagaimana emosi kita hadir. Membawa kita ke kehidupan penyerahan dan kesatuan dengan Takdir Alam Semesta.
Fakta Menarik tentang Stockisme
Dasar-dasar pandangan hidup tabah tidak bertentangan dengan agama, norma, adat istiadat, atau budaya apa pun. Dengan menerapkan pola pikir stoicism, kesenjangan yang terjadi di lingkungan sosial kita tidak akan membuat kita lelah ingin berjuang tetapi membuat kita sadar dan menerima apa adanya takdir kita.
*Penulis adalah mahasiswi S1 Universitas Pamulang
**Tulisan dibuat dalam rangka tugas kampus