JAKARTA – Pernyataan dari seorang oknum yang mengaku staf HRD dan menyebut job fair hanya formalitas belaka memicu kehebohan publik. Pasalnya, ucapan itu dianggap menyakitkan hati para pencari kerja yang datang penuh harapan ke acara job fair.
Menyikapi hal ini, Wamenaker RI, Immanuel Ebenezer, tak tinggal diam. Ia menilai ucapan itu tidak pantas dan sangat tidak bertanggungjawab. Tak tanggung-tanggung, Immanuel meminta agar pihak perusahaan segera memecat HRD yang bersangkutan.
“Pernyataan seperti itu gak bertanggung jawab. Saya minta HRD-nya segera dipecat,” ujar Immanuel, dikutip dari video di akun X @randomable_ pada 4 Juni 2025.
Immanuel juga mempertanyakan integritas perusahaan yang ikut job fair hanya untuk formalitas. Menurutnya, ajang seperti itu harus dimanfaatkan untuk memberi peluang nyata bagi para pencari kerja.
Diketahui, pernyataan kontroversial tersebut pertama kali muncul dari akun anonim oleh seseorang yang mengaku sebagai staf HRD. Ia menyebut bahwa “90% job fair itu hanya formalitas”.
Menurut pengakuannya, banyak perusahaan hanya ikut job fair untuk menghindari sanksi atau denda dari pemerintah. Mereka disebut tidak benar-benar membuka lowongan kerja.
“Daripada bayar denda, ya ikut aja. Tapi sebenarnya kita gak butuh pekerja,” tulis akun yang mengaku sebagai HRD sebuah perusahaan.
Ia juga lebih menyarankan pencari kerja mencari loker lewat platform daring atau relasi internal daripada datang ke Job Fair.
Immanuel dengan tegas menyebut pernyataan itu sebagai bentuk pembodohan publik. Ia bahkan siap membuka investigasi jika diperlukan. Informasi hoaks seperti ini menurutnya dapat mencederai kepercayaan masyarakat terhadap program penyediaan lowongan kerja dari pemerintah.
“Ini sudah termasuk menyebar hoaks. Kalau butuh investigasi, saya akan lakukan. Saya mau tahu siapa HRD-nya,” lanjut Immanuel dengan nada geram.
Kemarahan Wamenker tak lepas dari viralnya kericuhan dalam job fair di Cikarang. Ribuan pencari kerja memadati lokasi, namun banyak yang kecewa karena tidak ada proses rekrutmen yang jelas.
Reaksi publik pun bermunculan di media sosial. Banyak yang merasa harapan mereka untuk mendapat loker telah dipermainkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak serius membuka kesempatan kerja.
Beberapa, bahkan mengaku hanya diminta mengisi formulir tanpa ada proses lanjutan seperti wawancara atau seleksi. Hal ini membuat lowongan kerja dalam job fair terlihat seperti ilusi.
Kondisi ini memunculkan tuntutan agar penyelenggaraan job fair diawasi lebih ketat. Pemerintah diminta memastikan bahwa perusahaan benar-benar membuka loker dan bukan hanya formalitas.