Penulis: Pa’ De Noer (Deni Nuryadin)
Komisioner Bidang 4 BAZNAS Tangerang Selatan
Sepertinya pepatah mengatakan bahwa arah perahu berlabuh salah satunya bergantung dari nakhoda yang mengendalikan, ada benarnya.
Ibarat perahu adalah sebuah organisasimya maka nakhoda dapat dikonotasikan sebagai Sumber Daya Insani (SDI), SDI didalamnya bisa pula dikatakan karyawan hingga pimpinan tertinggi (amilin/ amilat sebutan untuk pengelola lembaga amil zakat seperti BAZNAS).
Begitupula dengan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai sebuah organisasi yang memiliki tujuan dan dalam rangka mencapai tujuan tersebut dibutuhkan SDI atau amilin dan amilat yang siap, mampu dan siaga serta memiliki komitmen dan integritas baik terhadap organisasi dan umat.
Seringkali kita lupa dengan yang satu ini bahwa keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat bergantung adanya SDI yang memiliki dimensiy duniawi (kompeten) dan dimensi ukhrowi (ibadah).
Dimensi Duniawi
Urusan manusia di dunia tidak bisa lepas dari bagaimana usaha manusia (SDI) dalam membangun persepsi.
Karena itu persepsi dan sikap yang harus dibangun bagi setiap amilin/amilat adalah mengarah pada pematangan pemahaman dan peningkatan kemampuan dalam menginterpretasikan sensor kemanusiaan dan lingkungan secara humanis.
Anilin/ Amilat selain dituntut memiliki penilaian attitude positif untuk selanjutnya secara konkret dipraktekan dalam kehidupan kesehariannya sebagai kebiasaan perilaku masing-masing individu Amilin/ Amilat.
Tingkat derajat kesamaan persepsi antar amilin/amilat nampak pada semakin sering mereka berkomunikasi (you’ll never walk alone).
Seorang amilin/amilat dipastikan memiliki kreativitas yang diselaraskan dengan kemampuan kognitif, kemampuan, emosional, kemampuan fisik sehingga mendorong terciptanya inovasi. Adanya inovasi akan berdampak positif terhadap pertumbuhan organisasi.
Nilai Ukhrowi
Nilai ukhrowi organisasi terbentuk berawal dari akumulasi penerapan nilai individu atau penerapan nilai kelompok. Harapannya adalah memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan organisasi dikemudian hari.
Nilai positif yang sesuai dengan nilai-nilai syariah seperti ikhlas, sabar/ tawakal, kasih sayang/ kepedulan, sikap hormat/ toleransi dan berkeadilan. Nilai-nilai diatas akan menyamakan pandangan hidup yang khas (misal Ar Robbaniyyah dan lwin-lain) dari suatu golongan atau kelompok organisasi.
Hal ini sebagaimana dalam Al Qur’an surat At thalaq: 2-3 yang menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rezeki dan jalan keluar atas setiap permasalahan bagi hamba-Nya yang bertakwa dan tawakal kepada-Nya.
Dengan demikian adanya kekhasan pada pandangan hidup yang terwarnai nilai-nilai positif akan mendorong pada realisasi job performance atau actual performance (prestasi kerja) individu baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga pada akhirnya secara agregat menjadi prestasi kerja organisasi di dunia dan keberkahan untuk Akherat.
Wallahu A’lam Bishawab.