TANGSELXPRESS – Meroketnya harga rumah di Tangerang Raya, berbanding lurus dengan sulitnya warga mendapatkan hunian atau tempat tinggal dengan harga sesuai kantong. Tingginya harga tanah yang selama ini terjadi, berpengaruh sangat besar dengan harga rumah.
Di kawasan Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Tangerang Kabupaten, hampir tak bisa ditemui harga rumah di bawah kisaran Rp 100 jutaan. Minimal, harga rumah di tiga kawasan ini sudah berada di atas Rp 300 juta.
Bahkan, di daerah Ciputat, Pamulang, dan Serpong, sudah sulit menemukan rumah dengan harga Rp 500 juta. “Untuk rumah dengan luas tanah 72 meter persegi, di Pamulang harganya sudah tembus di kisaran Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar,” kata Anton, seorang agen properti kepada Tangselxpress.com.
Mengutip data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI), indeks harga rumah dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu meningkat 10 persen. Kenaikan harga tertinggi berada di Kabupaten Tangerang.
Di Kabupaten Tangerang sendiri kenaikan harga properti mencapai 24,5 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan Tangerang Selatan (11,5 persen), Kabupaten Bogor (8,5 persen), dan Depok (7,5 persen).
Dr. Phil., Ir. Rino Wicaksono, ST, MArchUD, MURP seorang pakar pembangunan wilayah mengatakan, Tangerang Raya merupakan daerah idaman bagi pencari rumah. Secara geografis, tiga wilayah ini menjadi destinasi favorit karena letaknya yang sangat strategis, dekat dengan DKI Jakarta. Khusus Kota Tangerang memiliki bandara internasional Soekarno Hatta Airport.
“Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan pembangunan kawasan industri di Tangerang Raya cukup tinggi. Ini kemudian berimbas pada naiknya harga properti di Kawasan ini,” kata pria yang saat ini maju sebagai Caleg DPR RI Partai NasDem dari Dapil Banten III (Kota Tangsel, Kota Tangerang dan Tangerang Kabupaten) dengan nomor urut 4 itu.
Penyebab lainnya mengapa harga properti di Tangerang Raya selalu naik tiap tahun adalah adanya inflasi. Kenaikan beberapa harga bahan bangunan menjadi penyumbang naiknya harga properti di tiga kawasan penyangga Jakarta itu.
“Ketersediaan tanah yang tak pernah bertambah, sementara jumlah penduduk terus mengalami pertambahan, tentunya akan memberikan dampak,” kata dia.
Menurut Rino, pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19 juga mendorong naiknya harga rumah.
“Indonesia sedang dalam masa pemulihan dan kegiatan sudah berangsur-angsur normal kembali, dan kondisi makro juga akan mendukung pertumbuhan bisnis di sektor ini,” kata Rino.
Di tengah kondisi yang sulit ini, Rino berharap masyarakat lebih bijak dalam memilih rumah. Ada beberapa hal yang mesti harus diperhatikan sebelum masyarakat membeli tempat tinggal.
Yang pertama adalah mempelajari kondisi pasar di lokasi rumah itu berada. Ini akan membantu memahami harga properti di daerah tersebut dan menentukan apakah masyarakat akan membayar dengan harga yang wajar atau tidak.
Caranya sangat sederhana. Yaitu mengunjungi situs web properti yang tujuannya untuk melihat daftar harga rumah di daerah tersebut. “Anda baiknya berbicara dengan agen properti setempat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pasar properti di daerah tersebut,” katanya.
“Kemudian, meneliti data historis harga properti di daerah tersebut dan melihat tren pasar properti di masa lalu,” tambah Rino yang juga merupakan pakar perumahan dan perkotaan.
Langkah berikutnya adalah mempertimbangkan kondisi properti. Rino berharap, masyarakat memilih rumah yang sudah dalam kondisi baik dan tidak membutuhkan renovasi besar-besaran. Hal ini akan membantu menghemat biaya renovasi dan pemeliharaan.
“Jika menemukan rumah yang membutuhkan renovasi besar-besaran, maka Anda bisa mencari jasa renovasi yang terpercaya dan memiliki harga yang terjangkau. Pastikan Anda memperhitungkan biaya renovasi ketika mempertimbangkan harga rumah tersebut.” katanya.
“Hendaknya pemerintah daerah dan pengembang sama-sama konsisten dalam mewujudkan pembangunan hunian berimbang. Idealnya perbandingan jumlah antara rumah mewah, rumah menengah dengan rumah sederhana adalah 1:2:3, tetapi kalau belum bisa kita usahakan agar mencapai perbandingan 1:3:6,” tutup Rino.