SIANG itu, Tejo dan teman wanitanya Alwa menuju sebuah perkantoran di Jakarta Pusat. Di sana, dia akan bertemu teman lama mereka yang saat ini telah menjadi pejabat penting untuk membahas rencana bisnis.
Siang itu, Tejo sudah merasa tak nyaman saat mobil BMW silvernya memasuki halaman kantor temannya itu. Tubuhnya merinding saat melihat di sisi kiri halaman kantor yang ternyata kuburan. “Ih serem banget, kuburan siapa sih itu,” batin Tejo.
Suasana makin menyeramkan saat di sekitar tempat itu juga tumbuh pohon besar-besar. Jumlahnya cukup banyak dan menambah kesan angker. “Serem ya mas,” kata Alwa sambil memegang lengan Tejo.
Tejo kemudian memilih memarkirkan mobilnya di bawah pohon beringin. Sebenarnya tidak tak mau memilih tempat itu karena merasa tak aman. Namun Tejo tak punya pilihan lain karena hanya itulah satu-satunya tempat parkir yang kosong.
Setelah bertemu resepsionis, Tejo dan Alwa segera bergegas masuk lift untuk naik ke lantai 3. Kondisi kantor itu terkesan kurang terawat dengan baik. Lembab dan terkesan kumal karena lama tak direnovasi.
Pun demikian kondisi di lantai 3 gedung itu. Lembab dan sepi.
Kesan horor sudah mulai terasa saat Tejo dan Alwa keluar dari lift. Keduanya merinding karena ada kekuatan tak kasat mata yang berada di sana.
Tejo dan Alwa merasa ada sepasang mata yang mengawasi mereka dari balik jendela warna gelap yang berada di ujung bangunan.
Entah….siapa pemilik mata seram itu.
Tejo dan Alwa segera bergegas menuju ruang kawan lamanya, John. Jarak antara lift dan ruangan John tak begitu jauh, lebih kurang enam meter. “Di sini juga serem ya dik,” kata Tejo sambil meremas tangan Alwa.
Alwa hanya bisa mengangguk. Wanita cantik ini tak mampu berkata apapun karena merasa takut.
Di sisi lain, Tejo juga sadar, dia tak hanya berdua dengan Alwa. Sorot mata tajam dari balik jendela membuat Tejo benar-benar merasa tak nyaman.
Akhirnya, Tejo dan Alwa telah sampai di ruangan John. Di sana, John telah menyiapkan makan siang berupa mie aceh goreng dan jus alpukat. “Yuk makan. Gue inget, mie aceh ini kesukaan Alwa. Makanya gue siapin,” kata John dengan suaranya yang menggelegar.
John dan Alwa memang sohiban sejak lama. Keduanya pernah satu kantor di sebuah perusahaan swasta. Demikian juga dengan Tejo. Pria kalem berwajah manis ini sebelumnya juga bersahabat baik dengan John. Hanya saja, Tejo dan John berada di perusahaan yang berbeda.
Setelah menyantap mie aceh, Tejo merasa harus ke kamar kecil. Tak seperti biasanya, Tejo siang itu tak kuasa menahan rasa ingin buang air kecil.
Dari sinilah, cerita horor itu dimulai. Tejo sebenarnya merasa, ada kekuatan yang menariknya untuk pergi ke kamar kecil yang lokasinya tak jauh dari jendela di mana sepasang mata mengawasinya.
Toilet itu benar-benar memberikan kesan horor. Sepi, lembab, dan tak terawat dengan baik. Aromanya juga tak begitu sedap.
Tak ada satupun orang saat Tejo memasuki toilet itu. Dia sendirian, benar-benar sendirian. Tejo sempat ragu memasuki toilet itu. Tapi keinginan buang air kecil mengalahkan keraguannya.
Ada beberapa bilik kecil di dalam toilet itu, dan Tejo memilih yang pertama. Saat buang hajat itulah, tiba-tiba Tejo mendengar langkah wanita berhak tinggi berjalan memasuki toilet itu.
Tejo sempat heran dan mengira benar-benar ada wanita yang salah masuk toilet laki-laki.”Lha kok ada wanita yang masuk toilet laki-laki sih,” batin Tejo penuh heran.
Tok….tok….tok….suara sepatu hak tinggi itu seolah menjauh. Di saat itu pula, ujung lubang hidung Tejo mencium aroma harum seperti aroma bunga. “Hah, merinding bulu kuduk Gue,” kata Tejo.
Sadar sesuatu menakutkan berada di luar bilik, Tejo segera merampungkan hajatnya dan kembali ke ruangan John. Sekeluarnya dari bilik, Tejo sempat celingak-celinguk mencari seseorang yang baru saja masuk toilet, tapi dia tak menemukan siapapun di sana.
“Tak ada siapapun di toilet ini, selain Gue. Lalu, suara sepatu itu dari mana? Hah gak bener ini,” kata Tejo dan bergegas pergi.
Sesampainya di ruangan John, Tejo berusaha menenangkan diri. Pengalaman yang baru saja dia alami cukup membuatnya shock.
“Bro, memang di sini angker ya,” tanya Tejo kepada John.
Mendengar pertanyaan Tejo, John hanya tersenyum. Seolah dia tahu apa yang baru saja menimpa sahabatnya itu.
“Kenapa Jo, Lu denger suara sepatu perempuan ya,” balas John. “Udah sering kayak gitu Jo,” tambah John.
John mengatakan, banyak pegawai di gedung itu yang diganggu hantu perempuan bersepatu hak tinggi. Menurutnya, hantu itu adalah Noni Belanda yang datang dari kuburan sebelah gedung itu.
“Gue Jo, di ruangan ini paling malam jam lima sore. Kalau gak ada temannya lagi, Gue turun dan langsung pulang. Takut gue,” kata John sambil terkekeh kekeh.
“Mas, kalau ketemu John jangan di kantornya lagi deh. Ketemu di luar aja, Alwa takut,” kata Alwa kepada Tejo saat mereka dalam perjalanan pulang.