JAKARTA– Wakil Ketua Umum Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Yunis Liana, menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Raya (4), balita asal Kampung Padangenyang, Sukabumi, akibat cacingan akut.
Yunis mengecam lemahnya perhatian pemerintah dan DPR terhadap kesehatan dasar anak-anak Indonesia. Menurutnya, kasus tersebut menjadi bukti nyata alpa hadirnya negara dalam melindungi generasi penerus bangsa.
“Ini berita menyedihkan yang membuat hati nurani kita tersentuh. Bagaimana mungkin anak kecil meninggal bukan karena penyakit langka, melainkan cacingan. Penyakit yang semestinya bisa dikendalikan puluhan tahun lalu,” ujar Yunis, Sabtu (23/8/2025).
Ia menilai kondisi ini ironis, mengingat pemerintah gencar mendorong program makan bergizi gratis dan perang melawan stunting, namun masih ada balita yang meninggal akibat penyakit sederhana yang bisa dicegah.
“Pemerintah pusat dan daerah tidak bisa lagi tinggal diam. Jika tragedi ini tidak menjadi alarm nasional, negara harus hadir. Menunggu berapa lagi anak yang harus jadi korban?” tegasnya.
Dengan pengalamannya mendampingi suami bertugas di berbagai daerah dan aktif berorganisasi bersama kaum ibu, Yunis mengaku memahami betul tantangan kesehatan anak di lapangan. Karena itu, ia menegaskan seluruh pemangku kebijakan harus benar-benar serius menangani masalah kesehatan anak, bukan sekadar wacana.
Beberapa langkah yang menurutnya perlu diperkuat segera adalah edukasi kesehatan publik, penguatan layanan kesehatan primer termasuk program obat cacing massal, serta jaminan akses sanitasi dasar dan air bersih. Pemerintah juga diminta mengalokasikan anggaran khusus untuk anak-anak rentan di daerah terpencil.
“Hal-hal sederhana seperti memotong kuku, menjaga kerapihan rambut, serta membiasakan hidup bersih pada balita jangan dianggap sepele. Semua itu bagian dari pencegahan penyakit yang bisa berakibat fatal,” jelasnya.
Yunis juga mengingatkan agar isu kesehatan anak tidak dijadikan panggung politik. “Tragedi Raya menjadi pesan tegas bahwa tantangan kesehatan dasar di Indonesia belum tuntas. Negara harus hadir terus menerus melalui aksi nyata yang menyentuh masyarakat rentan dan miskin, bukan sekadar spanduk dan laporan rapat. Ini soal nyawa, bukan sekadar program di atas kertas,” pungkasnya.