JAKARTA – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mewakili Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi membuka Pameran 200 Tahun Perang Jawa di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Pada kesempatan tersebut, Menbud menyampaikan pidato Kebudayaan berjudul “Menemukan Jati Diri Bangsa Melalui Refleksi Kejuangan Pangeran Diponegoro”.
Pameran yang digelar hingga 20 Agustus 2025 mendatang ini diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) sebagai wujud nyata dalam membangun ingatan kolektif bangsa mengenai perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro pada tahun 1825-1830.
Peringatan ini mengajak publik untuk mengenal dan mengapresiasi pemikiran, sikap, serta nilai-nilai suri teladan dari perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan kolonial Belanda yang relevan dengan identitas ke-Indonesiaan.
Dalam pidatonya, Menbud Fadli menekankan pentingnya peringatan ini sebagai momentum refleksi terhadap peristiwa Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro mengenai perjuangan mempertahankan jati diri bangsa.
“Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia tidak dibangun dalam sebuah kenyamanan, tetapi dalam perlawanan menentang penjajahan dan kolonialisme. Ia tumbuh dari sebuah semangat rela berkorban, cinta tanah air, keberanian, dan prinsip yang tak bisa dibeli atauditundukkan, sebagaimana jati diri Pangeran Diponegoro,” ujarnya di hadapan para tamu undangan.
Dirinya menambahkan bahwa semangat perjuangan Pangeran Diponegoro menembus zaman dan menginspirasi lintas generasi hingga kini. “Keberanian dan keteguhannya dalam melawan penindasan kolonial menjadi inspirasi abadi bagi generasi-generasi berikutnya. Dalam pengorbanannya, kita menemukan makna tentang harga diri, prinsip, dan tekad yang tak tergoyahkan,” ucap Menbud.
Pada kesempatan ini, sebagai salah satu momentum peringatan 200 Tahun Perang Jawa, Menbud Fadli juga menyampaikan rencana Kementerian Kebudayaan yang akan menyelenggarakan sebuah pameran lukisan bertajuk “NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro” yang akan diselenggarakan pada Senin, 21 Juli 2025 di Galeri Nasional Indonesia. Rangkaian peringatan “200 Tahun Perang Jawa” akan dilaksanakan mulai 20 Juli – 20 Agustus 2025 dengan berbagai macam kegiatan, antara lain Pertunjukan Teater Diponegoro;
Pemutaran dan Diskusi Film serta Lokakarya Kaligrafi Aksara Pegon; Bedah Buku “Babad Diponegoro” yang telah diakui UNESCo sebagai Memory of the World; “Sketsa Perang Jawa” Karya Raden Ario Joyodiningrat; Lokakarya “Jamu Diponegoro: Tradisi, Ketahanan, dan Perlawanan”; Gelar Wicara “Demi Martabat Bangsa: Refleksi Perang Jawa Bagi Indonesia Maju”; dan Bedah Buku “Babad Kedhung Kebo”.
Hadir memberikan sambutan, Kepala Perpusnas, Aminudin Azis, menuturkan bahwa kegiatan ini diharapkan bukan hanya menjadi ajang peringatan sejarah semata, namun menjadi ruang dialog, menyatukan pikiran ekspresi budaya dan semangat kebangsaan lintas generasi.
“Kegiatan ini menjadi salah satu program prioritas Perpusnas dalam kerangka pemajuan naskah Nusantara sebagai ingatan kolektif bangsa, “ujar Aminudin. Menutup pidatonya, Menbud Fadli mengajak generasi muda Indonesia untuk terus memperdalam literasi sejarah.
Sejarah bukan sebatas catatan peristiwa namun sebuah cermin jati diri, penunjuk arah, dan fondasi moral dalam menghadapi tantangan zaman, khususnya di tengah arus globalisasi yang semakin pesat.
“Mari kita jadikan warisan sejarah ini sebagai sumber kekuatan untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih adil, beradab, dan berkarakter dengan menjunjung tinggi nilainilai luhur bangsa dan merawat kebudayaan sebagai ruh kebangsaan,” tutup Menbud yang dilanjutkan dengan pemotongan pita bersama para pejabat yang hadir sebagai symbol pembukaan pameran 200 Tahun Perang Jawa sekaligus rangkaian kegiatan yang akan berlangsung selama 1 bulan kedepan.
Hadir dalam pembukaan, Anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana; Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Indra Gunawan; Sekretaris Utama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Ernadhi; Kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen, Hafidz Muksin; Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kemenko PMK, Warsito; Direktur Jenderal Pemeriksaan Keuangan Negara III BPK, Dede Soekarjo; Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama, I Nengah Duija; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Periode 1993-1998, Wardiman Djojonegoro; serta para Duta Besar negara sahabat, para tokoh literasi, peneliti manuskrip, dan pustakawan.
Peringatan “200 Tahun Perang Jawa” diharapkan tidak hanya menjadi momen refleksi atas perjuangan Pangeran Diponegoro, tetapi juga menjadi medium untuk menanamkan kembali nilai-nilai kebangsaan, keberanian, dan keteladanan kepada generasi masa kini.
Melalui literasi sejarah dan pemanfaatan koleksi budaya, upaya ini juga menjadi komitmen bersama dalam menjadikannya sebagai pijakan penting guna memperkuat identitas nasional sekaligus memperluas diplomasi budaya Indonesia di tingkat global.