TANGERANG – Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sebanyak 266.430 penduduk Kabupaten Tangerang masuk dalam kategori miskin, atau setara dengan 6,55% dari total populasi.
Fakta ini menempatkan Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan jumlah warga miskin tertinggi di Provinsi Banten, serta berada di posisi ketiga berdasarkan persentase kemiskinan di provinsi tersebut.
Wakil Bupati Tangerang, Intan Nurul Hikmah, menilai bahwa tingginya angka kemiskinan tak lepas dari dampak resesi ekonomi global, yang turut memengaruhi kondisi perekonomian lokal.
“Ini bukan hanya masalah daerah, tapi efek dari perlambatan ekonomi secara global. Perekonomian dunia memang sedang tidak stabil, dan itu berdampak ke hampir semua daerah, termasuk Kabupaten Tangerang,” ujar Intan, Senin, 30 Juni 2025.
Intan juga mengakui bahwa pengentasan kemiskinan menjadi tantangan dan PR besar bagi pemerintah daerah. Dari total angka tersebut, sekitar 70 ribu orang tergolong miskin ekstrem. Meski begitu, ia menegaskan bahwa Pemkab Tangerang tidak akan tinggal diam.
Salah satu strategi yang dijalankan adalah dengan pemberdayaan masyarakat melalui Tempat Pengolahan Sampah (TPS) berbasis prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Program ini diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja berbasis komunitas dan mendukung ekonomi berkelanjutan.
“Upaya kami adalah memberdayakan masyarakat, khususnya yang masuk kategori miskin ekstrem, dengan program-program berbasis lingkungan seperti TPS 3R,” jelasnya.
Terkait jaring pengaman sosial, Intan memastikan bahwa Program Keluarga Harapan (PKH) tetap berjalan di bawah koordinasi Dinas Sosial. Ia menegaskan bahwa tidak ada pengurangan jumlah penerima bantuan sosial, dan data penerima terus diperbarui agar bantuan tepat sasaran.
“Insya Allah tidak akan ada pengurangan penerima bansos. Data tetap kami update dan pastikan mereka yang berhak tetap menerima haknya,” kata Intan.
BPS juga mencatat bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka. Dari 1.691.876 angkatan kerja, sebanyak 102.510 orang (6,09%) masih menganggur, dan hal ini berkontribusi signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut.