SEORANG akuntan adalah ahli keuangan yang terlatih. Tugas utama mereka adalah mengawasi, mendata, memeriksa, akuntan dan menyajikan informasi finansial untuk berbagai pihak, seperti perorangan, bisnis, organisasi, atau instansi pemerintahan. Sedangkan, AI (Kecerdasan Buatan), adalah cabang ilmu komputer yang fokus pada pengembangan mesin yang dapat menjalankan tugas-tugas yang umumnya memerlukan kemampuan berpikir manusia.
Intinya, AI bertujuan agar komputer bisa “berpikir”, belajar, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan beradaptasi dengan lingkungan baru layaknya manusia.Â
Sebagai mahasiswa Prodi Akuntansi, kami melihat akhir-akhir ini, AI berkembang sangat pesat. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, muncul pertanyaan yang mulai mengganggu banyak kalangan, seperti apakah profesi akuntan masih memiliki tempat di era digital ini? Berbagai sistem akuntansi kini bisa menyelesaikan tugas secara otomatis, kecerdasan buatan mampu merangkum laporan keuangan dalam waktu singkat, dan proses manual yang dulu memakan waktu kini digantikan oleh mesin. Hal ini memicu kekhawatiran, apakah peran akuntan akan perlahan menghilang?Â
Dengan adanya teknologi AI ini mungkin saja peran seorang akuntan bisa tergantikan oleh teknologi yang pastinya memudahkan proses akuntansi menjadi lebih efisien dan lebih akurat. Tetapi sebagai akuntan profesional, kita punya kelebihan, yang tak mungkin dimiliki oleh AI, yaitu nilai etika kejujuran sebab kepintaran yang ada dalam teknologi, itu diinstal oleh manusia, tetapi kejujuran seorang akuntan itu, diinstal oleh sauri tauladan, dan nilai religius (keagamaan) yang kita dapat dari Pendidikan. Â
Meskipun AI sangat efisien dalam memproses menganalisis data, AI tidak memiliki kemampuan untuk memverifikasi kecurangan dari data yang diberikan atau mempertanyakan motif di balik suatu transaksi. AI tidak bisa mendeteksi kecurangan data yang sengaja diinput terlihat valid secara teknis. Disini lah peran seorang akuntan sangat di butuhkan, karena seorang akuntan bertanggung jawab untuk memastikan data yang akan di olah oleh AI adalah data yang akurat, lengkap, dan etis. Tanpa pengawasan manusia, laporan keuangan yang dihasilkan AI, meskipun tampak sempurna secara teknis, bahkan disinformasi yang disengaja.
Solusinya para akuntan perlu beradaptasi dengan kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). Solusinya adalah dengan menguasai literasi digital dan teknologi akuntansi. Akuntan profesional harus memahami cara kerja sistem AI, termasuk proses input dan olah data, serta potensi dan keterbatasannya. Mereka juga harus mampu menggunakan perangkat akuntansi berbasis AI sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi, bukan sebagai pengganti pemikiran kritis.
Dengan begitu, akuntan dapat mengawasi, menyesuaikan, dan bahkan mengatasi masalah yang mungkin muncul dari sistem AI, memastikan bahwa teknologi bekerja untuk kepentingan bisnis yang sah dan etis. Ini berarti peran akuntan bergeser dari sekadar mengerjakan tugas menjadi mengelola dan mengarahkan alat yang mengerjakan tugas tersebut.
Di samping itu yang menjadi faktor krusial dalam menghadapi perkembangan teknologi, para akuntan perlu mengasah kemampuan berpikir kritis (Critical Thinking), berkomunikasi secara efektif, serta menyelesaikan persoalan yang rumit. Sebab, tugas mereka kini tidak hanya sebatas mencatat laporan keuangan, melainkan juga menafsirkan data dan memberikan masukan strategis yang berbasis pada analisis informasi. Dengan keterampilan tersebut, akuntan mampu berperan sebagai mitra strategis dalam pengambilan keputusan, menghubungkan hasil keluaran dari sistem AI dengan kebutuhan manajemen yang memerlukan pertimbangan etika dan kebijaksanaan manusia.
Kesimpulan
Perkembangan AI memang mengubah cara kerja profesi akuntan. Namun, alih-alih menghilang, peran akuntan justru berevolusi. AI akan mengotomatisasi tugas rutin, membebaskan akuntan untuk berfokus pada integritas, etika, dan analisis kritis kemampuan yang tak dimiliki AI. Akuntan bertanggung jawab memastikan data akurat, lengkap, dan etis, bahkan saat diolah AI. Mereka juga mengawasi dan menyesuaikan sistem AI untuk mencegah kecurangan atau disinformasi. Solusinya adalah menguasai literasi digital dan teknologi akuntansi. Peran akuntan bergeser dari “melakukan tugas” menjadi “mengelola dan mengarahkan alat”, menjadikan profesi ini semakin vital sebagai penjaga kebenaran informasi keuangan di era digital dengan tetap mengedepankan Sense of Humanity yang selalu mengedepankan etika (sosial, moral dan nilai religus).
Penulis:
Gifari Shiyami Agung
Hanuun Oktavia Ramadhani