TANGSEL – Viral di media sosial X sebuah unggahan yang menyebut pasangan suami istri meninggal dunia usai mengonsumsi kentang bertunas. Peristiwa ini sontak memicu kekhawatiran netizen terkait makanan yang berkaitan dengan kentang untuk dikonsumsi sehari-hari.
Jika disimpan terlalu lama, kentang memang akan tumbuh bertunas. Sebagian orang menganggap bahwa kentang bertunas aman untuk dimakan, jika tunasnya dibuang.
Namun, di sisi lain ada juga yang beranggapan bahwa kentang bertunas dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian. Dikutip dari Eating Well, kentang bertunas memiliki kadar racun yang tinggi dan tidak aman untuk dikonsumsi.
Seorang ahli toksikologi dan dokter gawat darurat di Departemen Kedokteran Gawat Darurat di Johns Hopkins Hospital, Andrew Stolbach mengungkap glikosida dalam kentang yang bertunas dapat menyebabkan beberapa gejala yang tidak nyaman bagi tubuh.
“Glikoalkalkoid menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti kram, diare, mual, dan muntah. Secara teori, mengonsumsi ketang bertunas bisa bikin tekanan darah turun, mengalami demam, gejala neurologis bahkan meninggal, tetapi ini memang jarang terjadi,” tutur Andrew.
Sementara, sebuah studi tahun 2024 di Journal of Experimental and Basic Medical Sciences, terdapat beberapa kasus kematian langka setelah konsumsi kentang beracun. Gejala biasanya muncul dalam beberapa jam, namun dalam beberapa kasus juga bisa memakan waktu hingga satu hari.
Pada umumnya, keracunan akibat kentang bertunas dapat diobati di rumah. Meski demikian, cara terbaik adalah menghindari tidak memakan atau membuang kentang yang sudah memiliki bercak hijau atau bertunas.
“Bahan kimia alami ini tidak hilang dengan menggoreng, memanggang, memanaskannya dalam microwave atau merebus. Memotong tunas dan kulit hijau akan mengurangi, tetapi tidak menghilangkan kemungkinan paparannya,” pungkas Andrew.