TANGSELXPRESS – Wabah campak di Texas, Amerika Serikat, semakin merebak dan memburuk. Seorang anak berusia 8 tahun tercatat menjadi pasien campak kedua yang meninggal dunia di Texas, dilaporkan oleh BBC pada Senin, 7 April 2025.
Anak tersebut dikabarkan tidak divaksinasi, tidak memiliki kondisi kesehatan yang memperburuk gejala, dan dirawat di rumah sakit akibat komplikasi campak.
Wakil presiden Sistem Kesehatan UMC, Aaron Davis, menegaskan bahwa kematian kedua akibat campak ini menandakan bahwa vaksinasi sangat dibutuhkan.
“Peristiwa yang tidak menguntungkan ini menggarisbawahi pentingnya vaksinasi. Campak adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi,” kata Aaron Davis.
Akibat kematian kedua wabah campak di Texas ini, Menteri Kesehatan Amerika Serikat, Robert F. Kennedy Jr., mendapat kritik keras. Karena dianggap penangangannya terhadap wabah tersebut tidak cepat dan tepat.
Sebelumnya Kennedy mempromosikan vitamin A sebagai pengobatan campak, padahal para dokter mengatakan bahwa belum terbukti efektivitas vitamin A untuk campak dan penggunaannya harus dengan resep dokter.
Hal ini akhirnya menyebabkan Rumah Sakit Anak Covenant melaporkan bahwa beberapa anak pasien campak mengalami keracunan vitamin A karena mengonsumsi berlebihan.
Setelah kematian kedua akibat campak dan menuai kritikan, Kennedy langsung mengunjungi lokasi kejadian. Ia mengaku datang untuk berkoordinasi dengan pemerintah setempat dalam menangani wabah campak tersebut.
Mulai dari mengirimkan tim untuk membantu mendistribuasikan vaksin, obat-obatan, hingga perlengkapan serta layanan pendukung lainnya yang dibutuhkan.
“Mendukung otoritas kesehatan Texas dan mempelajari bagaimana lembaga-lembaga kami dapat bekerja sama lebih baik dalam mengendalikan wabah campak,” jelas Kennedy.
Sementara itu, pada Februari 2025, Texas mencatat kematian pertama akibat wabah campak. Seorang anak perempuan berusia enam tahun meninggal dunia dengan kondisi tidak divaksin.
Wabah campak di Amerika Serikat saat ini memang sedang meningkat, dengan lebih dari 600 kasus sepanjang tahun 2025.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi selama satu dekade terakhir, yang diperparah karena vaksinasi tidak merata.