TANGSELXPRESS – Pada Kamis (22/8/2024), aksi demonstrasi di depan gedung DPR/MPR mengalami eskalasi yang signifikan. Massa demonstran, yang menolak pengesahan RUU Pilkada, berhasil merobohkan pagar bagian kanan gedung DPR sekitar pukul 14.00 WIB.
Setelah pagar jebol, massa mencoba untuk merangsek masuk ke dalam gedung DPR. Namun, pihak kepolisian yang berada di dalam gedung berusaha keras untuk menghalangi upaya tersebut dan menjaga keamanan.
Kronologi Kejadian
- Pagar Jebol: Massa demonstran mulai merusak pagar gedung DPR/MPR pada sekitar pukul 14.00 WIB. Upaya mereka akhirnya berhasil, dan pagar tersebut jebol, memicu ketegangan lebih lanjut di lokasi.
- Upaya Merangsek Masuk: Setelah pagar jebol, massa mencoba memasuki area gedung DPR. Pihak kepolisian yang berada di dalam gedung segera melakukan tindakan untuk menghalangi akses massa ke dalam gedung.
- Orasi dan Ketegangan: Di luar gedung DPR, massa terus berorasi dan bertahan di lokasi. Suasana semakin memanas seiring dengan ketegangan yang meningkat di antara demonstran dan aparat keamanan.
- Insiden Lemparan Botol: Sebelumnya, sekitar pukul 12.51 WIB, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, bersama sejumlah anggota DPR lainnya mendatangi para demonstran untuk berdialog. Saat itu, situasi menjadi tegang dan massa mulai melempari mereka dengan botol. Habiburokhman nyaris menjadi korban amukan massa. Ia dan rekan-rekannya dilempari botol, dan insiden ini memperburuk keadaan.
- Pidato Singkat dan Pengawalan: Habiburokhman sempat naik ke podium untuk memberikan pidato singkat, namun suasana yang semakin tegang memaksa ia untuk segera kembali ke dalam gedung DPR dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian.
Diketahui, aksi ini merupakan bagian dari protes terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Pilkada 2024 yang sedang dibahas. Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan penting mengenai ambang batas pencalonan dan batas usia minimum calon kepala daerah, yang memicu kontroversi dan penolakan dari berbagai pihak.
Situasi di sekitar gedung DPR/MPR pada hari ini menunjukkan ketegangan yang tinggi antara demonstran dan aparat keamanan. Eskalasi dari protes ini menambah kompleksitas dalam pembahasan RUU Pilkada dan mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap proses legislatif yang sedang berlangsung.