Oleh:
Dr Deni Nuryadin MSi (BAZNAS Tangsel)
ISLAM melarang umatnya dalam menerima informasi dan memberi respon dilakukan dengan tergesa-gesa, dianjurkan terlebih dahulu untuk menelaah suatu informasi atau berita yang diterima, melakukan tabayun salah satu caranya, jika tidak maka hal ini akan menambah dosa. Jangan-jangan kita sudah melakukan ghibah.
Sedangkan kita tahu dosa ghibah ibarat kita memakan bangkai saudara kita sendiri, hal ini dipertegas dalam surah Al-Hujurat ayat 12, dijelaskan bahwa tidak menutup aib orang lain, ghibah atau menggunjing adalah dosa besar.
Sekalipun isi informasi yang dikatakan bernilai benar, namun jika itu menyakiti dan mempermalukan sesama saudara muslim, maka rasanya akan seperti memakan bangkai saudara sendiri, Naudzubillah Min Dzalik.
Tergesa-gesa menerima dan menelan informasi mentah-mentah adalah meninggalkan budaya santun (local wisdom) kita sendiri yang diwariskan oleh para leluhur bangsa ini.
Penulis merasa perlu menyampaikan hal di atas sebagai ungkapan rasa khawatir atas fenomena informasi yang sedang berseliweran baik di media sosial maupun media publikasi lainnya mengingat tahun ini adalah tahun politik, sering didapatkan tema perbincangan yang sedang trendi di temgah-tengah masyarakat yang menggiring opini negatif terhadap lawan politiknya.
Lebih baik, bagaimana jika kita menyegerakan hal yang lain, yakni menyegerakan kebaikan untuk ditunaikan?
Islam berbeda pandangan terhadap konteks menyegerakan kebaikan, bahkan sangat dianjurkan untuk segera ditunaikan, sebagaimana diriwayatkan pada satu hari Rasulullah Saw. pernah bertanya kepada para Sahabat:
“Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yang hari ini puasa? Abu Bakar berkata: “Saya”. Rasul bersabda: “Siapa yang hari ini sudah mengantar jenazah? Abu Bakar berkata: “Saya”. Rasul bersabda: “Siapa yang hari ini telah memberi makan anak orang miskin? Abu Bakar berkata: “Saya”. Rasul Saw. bersabda: “Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar berkata: “Saya”. Maka Rasulullah Saw. bersabda: “Berbagai perbuatan tadi tidak berkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk Surga”. (HR Muslim).
Kesempatan tidak datang dua kali, maka menyegerakan kebaikan jaminannya adalah surga sebagaimana kisah di atas.
Harapan penulis kedepannya masyarakat semakin cerdas selektif dalam memilih, menerima dan menelaah berita-berita yang kita terima, dengan demikian suasana damai dan kondusif terus terpelihara
Dan tentunya dengan semangat yang sama secara berjamaah kita akan menyegerakan kebaikan untuk dilaksanakan, manakala niat dan kemampuan itu ada pada genggaman kita saat ini. Aamiin YRA.
Semoga bermanfaat.