TANGSELXPRESS – Sebut saja namanya Amir, dia seorang pengusaha buah nanas olahan. Amir adalah pengusaha asal Jakarta yang punya usaha pabrik pengolahan buah nanas di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Kepada tim mistis Tangselxpress.com, Amir bercerita tentang pengalaman misteriusnya saat berada di Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur.
“Itu terjadi di awal tahun 1990-an,” cerita Amir di kantornya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Saat itu, kata Amir, dia bersama tiga temannya mengunjungi puncak Gunung Kelud. Berangkat dari Kediri, Amir mengambil jalur sisi utara gunung yang bisa dilalui mobil.
Memang, kawasan puncak Gunung Kelud bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan. Baik mobil maupun motor.
“Waktu itu saya pakai Suzuki Katana,” terang Amir.
Mobil buatan Jepang itu melaju dengan kecepatan sedang menuju puncak gunung.
Mereka sampai di puncak pada siang hari jelang sore.
“Sampai di pos terakhir, kami melanjutkan perjalanan melewati jalan yang hanya cukup satu mobil. Kanan kiri adalah jurang yang sangat dalam,” kenang Amir.
Menjelang ujung jalan, tiba-tiba kabut tebal datang menyelimuti puncak. Suasana mendadak gelap karena saking tebalnya kabut.
Karena merasa tak aman, mereka memutuskan untuk kembali ke pos terakhir.
Namun sayang, mobil itu tak memungkinkan untuk berputar. Selain karena tertutup kabut dan membahayakan, space atau ruang untuk memutar mobil sama sekali tidak cukup.
“Karena gak ada jalan lain, saya putuskan untuk balik dengan jalan kaki. Mobil kita tinggal saja di puncak gunung,” kata Amir.
Namun, entah dari mana, tiba-tiba muncul lima orang misterius di sana. Yang aneh, kelima orang itu mengenakan caping dan bercelana hitam digulung hingga lutut.
Tanpa bicara apapun, kelima orang itu kemudian mengangkat mobil Katana milik Amir dan mengarahkan bagian depannya kembali ke pos terakhir.
“Setelah itu kami jalan beberapa meter. Namun, kami baru ingat kalau kami harus berterima kasih kepada lima orang itu,” kata Amir.
Amir dan teman-temannya kemudian keluar mobil untuk menyampaikan rasa terima kasih mereka karena sudah ditolong.
Namun yang aneh, kelima orang itu telah menghilang entah kemana. Seperti ditelan tebalnya kabut puncak Gunung Kelud.
“Kami sampai saat ini tidak tahu siapa mereka. Tapi saya yakin, mereka adalah “penolong” kami,” kata Amir.
Bagi masyarakat Kediri, Blitar, Malang dan sekitarnya, Gunung Kelud diyakini dihuni oleh roh-roh jahat, setan dan siluman. Hal ini terungkap melalui buku yang diterbitkan G. Kolff dan Co Soerabaia tahun 1941.
“Di Kelud itu ada kerajaan yang dihuni orang-orang jahat. Itu sebagai bentuk hukuman yang berat dan mengerikan. Hukuman itu disesuaikan dengan dosa-dosa ketika hidup di dunia,” demikian tulis buku Goenoeng Keloet karangan Raden Kartawibawa.
Raden Kartawibawa lebih dikenal lewat karya sastranya. Dia mengarang sejumlah buku termasuk Gagasan Prakara Tindaking Ngauerip (Gagasan Soal Berkelakuan Hidup) yang banyak dijadikan rujukan untuk menerjemahkan filsafat hidup dan moral masyarakat Jawa. R. Kartawibawa lebih dikenal di kalangan kolonial.
Diceritakannya dalam buku Gunung Kelud itu, disebut-sebut Gunung setinggi 1.731 sebagai tempat “pembuangan” orang-orang yang tenggelam dalam nafsu dunia.
Yang termasuk dalam daftar ini adalah orang-orang jahil, orang yang gemar melakukan perbuatan jahat, orang beribadah tapi munafik, orang yang hanya menjadikan agama sebagai topeng, mereka justru menipu dan menyebarkan kedengkian.
Bagi orang-orang semacam ini, akan dikenakan hukuman seperti dijadikan tiang lampu, dijadikan kaki tangga, dijadikan penjepit, dijadikan pengerek ember di sumur, dijadikan jembatan di kali.
Menurut buku itu, informasi ini didapat dari orang-orang yang telah mati suri. Mereka mampu masuk dalam alam lain dan memperoleh informasi lain. Hanya saja yang sulit dipercaya saat mati suri roh mereka akan ada di sebuah pertemuan.
“Ruh orang yang mati suri itu tadi sedang dipinjam. Dia disuruh bekerja membantu di acara hajatan pernikahan atau persamuan pejabat tadi. Bila pekerjaannya jelek, dia bakal ditendang, didorong-dorong, sampai akhirnya gelagapan hidup lagi.”
Kisah negeri siluman di gunung kelud juga diceritakan dalam buku itu. Bahkan masyarakat masih mengaitkan ledakan kelud dengan kemarahan tokoh mitologis bernama Mahesasura, si manusia dengan kepala kerbau.
Dikatakan secara kasat mata Gunung Kelud tampak seperti gunung aktif biasa yang diliputi hutan-hutan. Tapi secara tak kasat mata, di Kelud itu nampak sebuah kerajaan manusia yang tenteram atau kerajaan siluman. Masyarakat sekitar gunung pada masa itu dikatakan dapat berkomunikasi dengan alam ghaib. Mereka terbiasa hidup dengan alam lain di sana.
“Orang yang hidup di Kelud, itu sebenarnya pernah hidup, hanya saja mereka bisa bergaul dengan setan, misalnya begadang bareng. Di satu waktu setan itu bisa membuat tubuh manusia hilang dari pandangan mata, tapi di lain waktu bisa memunculkan kembali,” tulisnya.
Seperti dalam sebuah penuturan yang dikutip R. Kartawibawa; “Kae mbah Tjalaka Doeka (Itu mbah Tjalaka sedih). Dene wong kang podo mati djare dialad Tjalana (Sementara orang-orang yang meninggal katanya akibat kutukannya). Artinya, (orang mati itu) dibawa setan.”