TANGSELXPRESS – Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, mengatakan bahwa pembubaran ibadah rosario oleh sejumlah mahasiswa Katolik dari Universitas Pamulang (UNPAM) yang terjadi pada hari Minggu lalu, disebabkan oleh masalah komunikasi yang terhambat.
“Peristiwa pembubaran ibadah rosario itu terjadi karena ada komunikasi yang tersumbat antara pihak RT dengan masyarakat di lingkungannya”, ungkap Benyamin dalam saat dikonfirmasi pada Kamis, (9/5/2024).
Benyamin menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa tersebut dan menegaskan bahwa Kota Tangsel tidak akan memberikan tempat bagi para pelaku intoleran.
Ia juga meminta para Ketua RT dan RW di Tangsel agar memperbaiki komunikasi mereka dengan warga.
“Para Ketua RT dan RW di Tangsel harus dapat menjalin komunikasi yang lebih baik dengan warganya. Sebagai perwakilan dari masyarakat, mereka harus dapat memahami kondisi lingkungannya dengan baik,” katanya.
Diketahui kejadian pembubaran ibadah itu terjadi di Kampung Poncol, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan pada Minggu, 5 Mei lalu.
Insiden tersebut dimulai ketika Ketua RT setempat menegur para mahasiswa yang sedang berkumpul dan membaca doa rosario. Warga yang merasa terganggu dengan kegiatan mereka ikut mendatangi tempat tersebut dan berujung pada cekcok dan penganiayaan.
Polres Tangsel pun telah menetapkan Ketua RT setempat dan tiga warganya sebagai tersangka dalam kasus ini.