TANGSELXPRESS– Petir dan hujan deras mewarnai pemakaman Suminah pada 27 Desember 1997. Suminah, istri dari Agus dan ibu dua anak yang meninggal dunia karena kasus pembunuhan misterius. Dia meninggal di usia yang relatif sangat muda, yaitu 33 tahun.
Kasus ini sempat menghebohkan di kalangan Desa Sumber, tempat tinggal Suminah. Wanita yang dikenal dermawan itu ditemukan bersimbah darah di dalam toko sembako miliknya. Pisau dapur milik Suminah tertancap di bagian perut kanannya.
Sempat beredar kabar simpang siur. Ada yang mengatakan itu adalah peristiwa bunuh diri, tapi ada pula yang bilang Suminah dibunuh seseorang. Anehnya, di rak jualannya terletak sebuah kertas berisikan tulisan tangan yang diduga itu tulisan Suminah.
“Mas, Sumi titip anak-anak ya. Sumi tunggu di sana. Sumi pergi dulu,” itulah pesan Suminah menjelang kematiannya.
Agus yang sore itu baru pulang menjemput kedua anak mereka pulang sekolah, Arga dan Kanthil terkejut melihat Suminah sudah tak bernyawa.
Kehilangan Suminah membuat hidup Agus luluh lantak. Dia merasa tak berdaya mengurus dua buah hatinya tanpa Suminah. Apalagi kematian Suminah meninggalkan misteri yang belum terungkap.
Hampir tiap malam, Agus mendengar suara Suminah. Suara rintihan dan tangisan, yang diyakini Agus itu adalah suara Suminah. Dan anehnya, hampir setiap pagi, Arga dan Kanthil bercerita kepada Agus, bahwa mereka melihat Suminah sedang merapikan barang dagangan di toko. Kebetulan toko dan rumah mereka menyatu.
Tepat di hari ke-40 kematian Suminah, malam itu, Agus gelisah tak bisa tidur. Lagi-lagi dia mendengar suara wanita merintih dan menangis. Tapi kali ini, suara itu terdengar lebih keras.
Agus beranjak dari tempat tidurnya, dengan langkah gontai, dia mengikuti arah datangnya suara itu. Dan, mata Agus terbelalak melihat di hadapannya, berdiri wanita yang selama ini dicintainya. Wajah Suminah pucat pasi, pisau masih tertancap di perutnya. Dan dia berkata lirih.
“Mas tolong aku mas… tolong aku… Dia jahat mas, dia jahat,” Suminah berkata sambil menatap erat wajah Agus.
Agus berdiri kaku. Mulutnya kelu tak dapat berkata apa-apa. Hingga akhirnya kemunculan Suminah sirna dari hadapannya.
Kejadian horor malam itu, kembali terjadi di hari-hari berikutnya. Juga dalam mimpi Agus, Suminah hadir dengan perkataan yang sama. Agus yakin, istrinya korban pembunuhan. Istrinya tidak bunuh diri.
Agus kemudian melaporkan kejadian yang dialaminya ke pihak kepolisian. Kasus kematian Suminah sempat dihentikan karena pihak kepolisian merasa kurang bukti. Namun, kejadian mengerikan yang dialami Agus membuat kematian Suminah kemudian terungkap. Pelakunya tak lain masih keluarga jauh Suminah yang ikut membantu Suminah menjaga toko sembako.
Malam ke-100 kematian Suminah. Agus kembali mendengar suara Suminah. Kali ini tanpa rintihan dan tangisan. Suminah datang dengan wajah tersenyum.
“Terima kasih Mas Agus. Jaga anak-anak kita mas. Aku pergi dengan tenang,” ucap Suminah.
Agus masih berdiri kaku. Lagi-lagi mulutnya kelu tak dapat bicara. Tak satu kata pun dia ucapkan kepada Suminah, hingga wanita yang dicintainya itu pergi menghilang.