TANGSELXPRESS – Debat pertama Pilpres 2024 yang menghadirkan tiga calon Presiden selesai digelar. Debat berlangsung Selasa (12/12) malam di halaman Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta.
Dr. Phil., Ir. Rino Wicaksono, ST, MArchUD, MURP, Caleg DPR RI Partai NasDem dari Dapil Banten III (Kota Tangsel, Kota Tangerang dan Tangerang Kabupaten) dengan nomor urut 4 menilai, dalam debat ini Capres Nomor Urut 1 Anies Rasyid Baswedan merupakan representasi dari kelompok yang ingin perubahan, khususnya terhadap masalah hukum, politik dan prioritas pembangunan.
Sedangkan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto merepresentasikan penguasa yang menyatakan bahwa pembangunan walau ada kekurangan, namun secara garis besar Prabowo menyatakan pemerintahan saat ini sukses.
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo adalah capres yang menginginkan adanya perbaikan walaupun tidak selugas Anies. Ganjar beberapa kali menyatakan, ada beberapa hal yang harus dituntaskan agar tidak menjadi isu yang terkatung-katung, misalnya permasalahan HAM berat dimasa lalu.
Menurut Rino Wicaksono, ada hal yang sangat penting yang disampaikan Anies Baswedan dalam debat tersebut.
“Anies mengatakan tentang perlunya dikembalikannya kebebasan berpendapat, pendanaan partai politik oleh negara, dan perlunya oposisi dalam pemerintahan yang diformalkan. Oposisi adalah penyeimbang. Opisisi melakukan review dan dapat memberikan alternative yang lebih baik dari apa yang diberikan oleh pemeritah definitive. Posisi oposisi dalam politik sama terhormatnya dengan pemerintah,” kata Rino.
“Saya perkirakan negara-negara Eropa Barat, Amerika, Australia dan Jepang akan setuju dengan pernyataan Anies. Tapi untuk negara-negara sosialis khususnya komunis tidak akan mendukung ide tersebut karena mereka menganut _single party system_ atau partai tunggal dan tanpa oposisi,” tambah peraih dua beasiswa luar negeri kepemudaan SSEAYP dan AFS, serta dua beasiswa akademik ke Colorado USA dan Adelaide Australia itu.
Singapura, terang Rino Wicaksono, sebagai negara investor terbesar untuk Indonesia agaknya tidak akan mempersoalkan sistem kenegaraan, bagi Singapura yang penting pemerintahan di Indonesia stabil agar investasi Singapura tetap aman.
Dalam debat tersebut, Rino Wicaksono juga menyoroti prinsip Anies terkait Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Menurutnya, “Bukannya Anies tidak setuju dengan IKN, namun proses diskusi dan dengar pendapat untuk mendengar aspirasi masyarakat dalam penyusunan undang-undang IKN terasa kurang memadai dan kurang terbuka” katanya.
Rino Wicaksono juga melihat, bahwa Anies mempersoalkan prioritas pembangunan saat ini. Yang diperlukan saat ini, katanya, bukanlah ibukota baru, karena masih banyak permasalahan nasional yang lebih urgent untuk ditangani, diantaranya fasilitas kesehatan dan pendidikan yang belum memadai untuk seluruh masyarakat di Indonesia.
“Anies juga menyampaikan, jika semua ASN pemerintah pusat yang berada di Jakarta dipindahkan ke IKN, maka hanya mengurangi sekitar 5 persen jumlah penduduk di Jakarta. Dan itu tidak signifikan untuk mengurangi kemacetan di ibu kota Jakarta,” kata Rino Wicaksono.
Soal Ganjar, Rino melihat memiliki dua poin yang bagus, yang pertama tentang prinsipnya bahwa pimpinan harus menjadi contoh meritocracy dan yang kedua idenya menyekolahkan satu anak dari keluarga miskin untuk disekolahkan sampai perguruan tinggi.
Menurutnya, ide ini adalah salah model untuk mengentaskan kemiskinan. Dan jika ada minimal satu sarjana dalam satu keluarga itu, maka kelak keluarga tersebut bisa keluar dari jerat kemiskinan. “Saya kira ini poin yang penting yang disampaikan Ganjar,” kata akademisi Institut Teknologi Indonesia Kota Tangsel itu.
Kembali ke Anies, Rino Wicaksono melihat, mantan Gubernur DKI itu merupakan figur yang sangat lugas dalam debat tersebut. Anies Baswedan selalu mengkritisi persoalan mendasar yang saat ini menjadi persoalan di Indonesia.
Salah satu diantaranya saat menyoal masalah “orang dalam”. Jika dalam meniti karir, menyelesaikan persoalan, dalam berkarya tidak mengandalkan kapasita dan kapabilitas, juga tidak mengandalkan reputasi dan prestasi, tapi mengandalkan “orang dalam”, maka ke depannya negara akan menjadi tidak berkualitas.
“Saya kira itu poin yang sangat penting. Saya berharap masyarakat itu sadar dengan apa yang disampaikan Anies ini, dan dijadikan pemikiran dan perenungan untuk perubahan. Jangan ini dianggap sebagai hal yang biasa,” pesan Rino.
Soal penampilan Prabowo, Rino melihat, mantan Danjen Kopassus ini sangat merepresentasikan produk orde baru yang kemudian menjadi bagian dari pemerintahan sekarang.
Ini membuat Prabowo kesulitan mengkritisi pemerintahan sekarang.
Dari hasil debat ini, Rino memprediksi, kaum intelektual muda akan lebih tertarik pada gagasan-gagasan yang disampaikan Anies serta Ganjar, dan Prabowo akan lebih banyak mendapat dukungan dari kelompok yang teruntungkan pada masa orde baru dan pemerintahan saat ini.
“Di bagian akhir, jelas sekali Anies dan Ganjar menyatakan bahwa saat ini Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan perlu perubahan, khususnya permasalahan korupsi dan _meritocracy_,” terang Rino.
“Anies tegas mengatakan bahwa apabila terpilih sebagai presiden akan mengembalikan Indonesia menjadi negara hukum, bukan negara kekuasaan. Artinya kekuasaan diatur dan tunduk pada hukum dan etika, bukan kebalikannya, hukum tunduk dan diatur oleh kekuasaan. Empat Debat selanjutnya akan sangat berpengaruh pada popularitas dan elektabilitas para capres dan cawapres”. Demikian tutup Rino.