TANGSELXPRESS – Hatiku sangat berbunga-bunga ketika Mas Ikhsan, suamiku mengatakan bahwa kami akan segera pindah rumah di Kota Tangerang Selatan. Rumah itu, merupakan rumah impian kami sejak lama. Yah, sebuah rumah dua lantai yang kami bangun dengan hasil jerih payah kami.
Saya masih ingat, kami menempati rumah itu pada 16 Agustus 2012, sehari sebelum Indonesia memperingati Hari Kemerdekaannya. “Mah, semoga mamah suka ya dengan rumah ini,” kata Ikhsan sambil mencium keningku.
Tak ada hal aneh ketika kami menempati rumah ini. Semua berjalan normal seperti apa adanya. Aku juga bahagia menjalani hari-hariku di rumah baru kami. Apalagi, sikap tetangga kanan kiriku juga ramah terhadap keluarga kami.
Kondisi ini tiba-tiba saja berubah ketika aku menemukan anakku, Jemima yang baru berusia 5 tahun terlihat sedang ngobrol sendirian di lantai atas.
Jemima memang sendirian, tapi dia seperti ngobrol dengan seseorang tak tak kasat mata. Jelas, saat itu saya khawatir dengan perilaku Jemima yang ganjil.
Seketika aku angkat Jemima dan aku larikan ke lantai bawah. Yah, saat itu, Jemima berada sendiri di lantai atas. Itu terjadi di siang hari.
Rasa penasaran di hatiku memaksa aku bertanya kepada Jemima. Tentang sosok siapa yang dia ajak berbicara saat itu. “Dia teman aku mah, dia teman,” kata Jemima.
Aku tak melanjutkan pertanyaanku kepada Jemima karena perasaanku mulai tak enak. “Ini benar-benar aneh dan tak masuk akal,” batinku yang mulai tak enak.
Malam harinya, aku menceritakan hal aneh ini kepada Mas Ikhsan. Namun Mas Ikhsan memberikan reaksi yang tak mengenakkan hatiku. “Mungkin Jemima berimajinasi aja Mah,” kata Mas Ikhsan sambil mengelus kepalaku. “Mamah gak usah mikir yang bukan-bukan, hantu itu tidak ada,” kata Mas Ikhsan berusaha menenangkan diriku.
Hari berganti hari, peristiwa aneh yang dialami Jemima tak lagi terjadi. Hatiku mulai sedikit tenang dan kembali beraktifitas seperti sedia kala.
Menyapu, ngepel, memasak, mencuci dan menyeterika menjadi aktifitas rutinku di rumah itu.
Hingga akhirnya, peristiwa itu kembali terulang. Jemima kembali ngobrol dengan “teman” tak kasat matanya. Jantungku seolah berhenti berdetak, tubuhku mendadak terasa dingin. Jemima sedang berbicara dan tertawa terpingkal-pingkal dengan “seseorang” di depannya. Itu juga terjadi di lantai atas.
Saat itu, aku histeris dan berteriak mengusir makhluk astral yang berada di depan Jemima. Mendengar jeritanku, Jemima justru kaget dan menangis. Dia protes kenapa saya mengusir teman mainnya.
Ya Tuhan, saat itu saya gak bisa mikir apa-apa. Saya takut sesuatu yang buruk akan terjadi kepada putri kesayangan kami.
Semakin hari, teror horor di rumah kami terus meningkat. Suatu malam, saya terbangun dari tidur saat mendengar suara Jemima. Saya tak menemukan Jemima yang biasanya tidur bareng kami.
Rasa penasaran itu memaksaku turun dari tempat tidur, meninggalkan Mas Ikhsan yang masih terlelap. Saat itu, jarum jam menunjukkan pukul 02.00 WIB, waktu yang sangat tidak wajar bagi anak usia 5 tahun bermain.
Dalam kondisi yang masih mengantuk, saya menemukan Jemima yang duduk di ruang tengah. Saat itu, mata saya melihat Jemima sedang bersama seorang anak laki-laki yang seusia dengannya. Sedangkan di belakang mereka, ada sosok perempuan berbaju merah.
Ya Tuhan, pemandangan di depan saya benar-benar membuat saya ketakutan. Jemima sedang bersama dua makhluk tak kasat mata. Itu terjadi di depan mata saya.
Seketika saya balik badan dan berusaha membangunkan Mas Ikhsan. Saya tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Jemima.
Namun, sekembalinya saya di tempat Jemima, dua makhluk yang menemani anak kami telah menghilang. Sementara Jemima hanya menangis meraung-raung.
Malam itu, kami tak bisa tidur. Memikirkan apa yang baru saja terjadi. Saya peluk Jemima erat-erat sambil berusaha menenangkannya. Sementara, Mas Ikhsan membacakan ayat-ayat suci Alquran untuk mengusir hantu tersebut.
Dua hari kemudian, tepatnya di hari Sabtu, kami memutuskan untuk meminta bantuan Kyai kenalan Mas Ikhsan. Kami ingin, hantu itu tak lagi mengganggu kami.
Jujur, saya yang sering sendirian di rumah merasa sangat ketakutan. Sementara Mas Ikhsan sering dinas keluar kota.
Ternyata, Kyai tersebut mengatakan, bahwa dua hantu yang sering ke rumah kami datang dari rumah kosong yang berada di belakang rumah kami. Rumah itu, memang dalam kondisi kosong sejak lama. Menurut warga sekitar, rumah itu sengaja dibiarkan kosong dan tak pernah dihuni oleh pemiliknya.
Hantu itu, kata sang Kyai, adalah sebangsa jin yang memang suka mengganggu manusia.
Oleh sang Kyai itu, kami dibekali air yang telah didoakan untuk disiramkan di sejumlah sudut rumah.
Ada rasa merinding saat kami menyiramkan air tersebut. Bahkan, yang bikin kami ketakutan, ada bau anyir mirip darah saat Mas Ikhsan menyiramkan air di sudut belakang dekat dapur. Bahkan, saya lamat-lamat mendengar suara jeritan perempuan dan anak saat air itu disiramkan.
Setelah tuntas menyiramkan air, aku berdua membaca ayat-ayat suci Alquran. Memohon perlindungan kepada Allah.
Dan Alhamdulillah, sejak saat itu kami tak lagi kedatangan “tamu” yang tak kasat mata itu.