AKHIR-akhir ini masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda atau yang disebut Gen-Z seringkali menggunakan bahasa-bahasa gaul yang tercipta dari celetukan-celetukan beberapa orang dalam suatu tongkrongan.
Kebanyakan dari mereka berbicara sambil melakukan live streaming di beberapa platfrom sehingga sangat cepat sekali menyebar atau viral.
Selain ingin mengikuti trend, bahasa gaul juga menjadi sarana komunikasi antar para remaja, dengan bahasa gaul para remaja dapat menunjukan pengekpresian diri.
Menurut Mulyana (2008) bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang, atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang kelompok tertentu.
Selain pendapat tersebut Sarwono (2004) mengatakan bahwa bahasa gaul adalah bahasa khas remaja yang kata-katanya diubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu saja, atau dapat dipahami oleh seluruh generasi muda yang menggunakan sosial media, yang mana disetiap harinya terus bertambah dan berkembang.
Perkembangan pesat mengenai bahasa terjadi diwilayah Jakarta atau yang saat ini dikenal sebagai bahasa anak Jaksel (Jakarta Selatan), yang mana mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia dipadukan dengan bahasa Inggris agar terdengar kekinian. Contoh kata yang paling popular saat ini dan seringkali di gunakan adalah kata “Which is” atau dibaca “Wicis” yang memiliki arti “dimana” atau “yang mana”.
Kemunculan trend bahasa jaksel, menurut Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2021, jumlah internet di DKI Jakarta mencapai lebih dari 8,9 juta jiwa atau 85% dari total penduduk, jadi karena hal ini segala informasi dapat menyebar dengan cepat dan mudah.
Penyebab lainnya karena di wilayah Jakarta Selatan banyak lembaga-lembaga pendidikan bertaraf internasional yang mana semua siswa-siswi nya di wajibkan berbicara menggunakan bahasa asing.
Apa dampak yang di timbulkan dari penggunaan bahasa Gen-Z?
Dampak positif penggunaan bahasa Gen-Z saat ini adalah remaja menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mencari kosa kata, baik dalam bahasa indonesia maupun bahasa asing, selain itu mereka juga dapat lebih banyak bertukar pengalaman antara satu sama lain, sehingga secara tidak langsung mereka mempelajari bahasa bersama-sama.
Dampak negatif penggunaan bahasa Gen-Z, mempersulit warga asing yang sedang mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta menyulitkan orang-orang jaman dulu yang tidak paham mengenai trend bahasa yang sedang viral karena orang-orang jaman dulu tidak begitu pandai menggunakan jejaring sosial media.
Penulis:
Nia Amelia
Mahasiswi Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.