OPPENHEIMER merupakan film Christoper Nolan yang dikenal sebagai sutradara yang sangat idealis dan tidak pernah ragu untuk mengeluarkan budget. Berapapun dia rogoh kantong, demi kesempurnaan adegan film yang dibuatnya.
Dehingga film-film yang dibuat selalu out of the box. Gaya yang diusung dalam membuat filmnya adalah dengan memutar otak para penonton sehingga alur cerita dari film sulit ditebak.
Film Oppenheimer ini mengusung tema thriller biopik yang didasarkan pada buku biografi American Prometheus tahun 2005 karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin, tentang J. Robert.
Christopher Johnathan James Nolan lahir di London, Inggris, UK pada 30 Juli 1970. Sudah menghasilkan banyak karya. Antara 2010-2023 sudah banyak film yang dibilang sukses membuat penonton terkagum-kagum, diantaranya : Inception (2010), Interstellar (2014), Dunkirk (2017) dan Tenet (2020).
Oppenheimer, seorang ahli fisika teoretis yang berperan penting dalam mengembangkan senjata nuklir pertama sebagai bagian dari ProyekManhattan yang mengantarkan kita ke zaman atom.
Film ini dibintangi oleh Cillian Murphy sebagai pemeran utama, dengan pemeran pendukung lainnya termasuk Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr, Florence Pugh, Josh Hartnett, Casey Affleck, Rami Malek, dan Kenneth Branagh.
Film ini mencakup sebagian besar kehidupan fisikawan, dari hari-hari Oppenheimer di kuliah hingga apa yang dia lakukan, dan apa yang telah dilakukan padanya, di tahun-tahun setelah Perang Dunia II.
Film ini mengeksplorasi momen penting dari masa lalu Oppenheimer ketika dia bergulat dengan implikasi etis dari karyanya tentang bom atom. Dia ingat percakapannya dengan Einstein tentang kemungkinan bom tersebut memicu reaksi berantai yang dapat menghancurkan semua kehidupan di Bumi.
Oppenheimer merenungkan apakah penemuannya secara tidak sengaja menyebabkan kehancuran sepertiitu, meninggalkan visi mengerikan tentang Bumi yang dilanda perang yang ditutupi oleh titik-titik dampak nuklir yang dipicu olehnya.
Christoper Nolan memetakan peran fisikawan teoretis dalam Proyek Manhattan. Antara tahun 1942 dan 1946, selama Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat memimpin program penelitian dan pengembangan untuk memproduksi senjata nuklir pertama.
Pondasi proyek ini awalnya dibentuk oleh Presiden Franklin D. Roosevelt pada tahun 1939, sebagai tanggapan atas kekhawatiran bahwa para ilmuwan yang bekerja untuk Adolf Hitler sedang mengerjakan senjata nuklir mereka sendiri. Sebuah tim yang terdiri dari ilmuwan dan pejabat militer ditugaskan untuk menyelidiki potensi uranium sebagai senjata.
Ini kemudian bernama Office Of Scientific Research and Development (OSRD) pada tahun 1941. Pada tahun 1943, Oppenheimer diangkat sebagai direktur
Laboratorium Los Alamos di New Mexico tempat bom sebenarnya dirancang. Kompleks ini juga dikenal sebagai Proyek Y, yang selama pembuatannya adalah tempat bom Proyek Manhattan pertama dibangun dan diuji.
Proyek Manhattan mencapai puncaknya dengan peledakan pertama senjata nuklir di White Sands Proving Ground di New Mexico, sebagai bagian dari uji Trinity, pada 16 Juli 1945. Bom tersebut, yang dirancang untuk mengakhiri Perang Dunia Kedua, kemudian digunakan di serangan dahsyat di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.
Kedua bom itu menewaskan lebih dari 100.000 orang dan meratakan kedua kota itu dengan tanah. Oppenheimer sendiri sadar terhadap tanggung jawabnya dan merupakan orang yang paling sering dikaitkan dengan bom atom.
Dalam dokumenter berjudul “The Decision to Drop the Bomb”, dia mengungkapkan perasaannya saat melihat ledakan bom atom pertama. Oppenheimer mengutip sebuah bait dari sebuah syair di epos Mahabharata, Bhagavadgita.
“Kami tahu dunia tidak akan lagi sama. Beberapa orang tertawa. Beberapa orang menangis. Kebanyakan hanya diam,” kata Oppenheimer.
“Saya ingat sebuah bait dari syair Hindu, Bhagavadgita. Wisnu mencoba membujuk sang pangeran untuk melaksanakan tugasnya dengan berubah wujud menjadi berlengan banyak. Ia mengatakan, ‘Kini, aku menjadi kematian, penghancur dunia.’ Saya rasa kami semua berpikir seperti itu.”
Tentu saja, seperti yang diperlihatkan film tersebut kepada kita pada saat-saat menjelang adegan terakhir itu, Oppenheimer pada dasarnya gagal dalam misi itu.
Di setiap kesempatan, melalui orang-orang seperti Strauss dan sesama ilmuwan Edward Teller (Benny Safdie), pemerintah Amerika Serikat mendorong tenaga nuklir yang lebih
besar dan lebih banyak kerahasiaan, kebalikan dari apa yang diharapkan Oppenheimer dari penelitian dan advokasinya.
“Reaksi berantai” yang dia takuti pada tahun 1947 benar-benar melaju ke depan, di luar kendalinya, memberi jalan kepada puluhan tahun Perang Dingin dan negara-negara di ambang penggunaan senjata atom lagi dan lagi.
Akhir dari Oppenheimer menjabarkan semua ini dalam detail yang mengerikan dan tak terlupakan, dan mengingatkan kita bahwa banyak ketakutan Oppenheimer dari tahun 1947 masih ada bersama kita bahkan sampai sekarang.
Penulis:
Rafael Valentino Mauboy
Mahasiswa Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.