PEMAKAIAN kosmetika sejak zaman dahulu merupakan penunjang penampilan. Seiring berkembangnya zaman, para ahli kosmetik tertarik untuk menciptakan jenis kosmetik yang dapat menarik minat masyarakat.
Namun terkadang, ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dalam menciptakan jenis kosmetika baru dengan cara menambahkan zat berbahaya. Contoh zat berbahaya yang sering ditambahkan adalah hidroquinon dan merkuri. Pemakaian hidroquinon dalam kosmetik adalah untuk penghilang flek dan bercak hitam pada wajah, sementara merkuri dalam kosmetik berfungsi sebagai pemutih kulit.
Memilih krim pemutih kulit tidak boleh sembarangan. Jika asal pilih, bisa saja krim pemutih yang digunakan tidak efektif atau justru menyebabkan masalah pada kulit. Oleh karena itu, perlu lebih selektif dan teliti dalam memilih krim pemutih agar aman digunakan dan bisa mendapatkan hasil maksimal.
Efek negatif yang ditimbulkan hidroquinon apabila kadarnya melebihi 5% dapat menyebabkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit.
Dalam jangka panjang pemakaian hidroqiunon melebihi kadar yang ditentukan dapat mengakibatkan kelainan ginjal, kanker darah dan kanker hati.
Kemudian untuk merkuri, karena merkuri memiliki daya kerja memutihkan yang sangat kuat, sehingga dapat memicu terjadinya toksisitas terhadap organ ginjal, saraf dan otak. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998 menyatakan bahwa dalam kadar yang sedikitpun merkuri dapat bersifat racun.
Mulai dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi, iritasi, serta dalam dosis tinggi menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin. Dalam paparan jangka pendek dosis tinggi menyebabkan muntah-muntah, diare, kerusakan paru, serta merupakan zat karsinogenik.
Lalu apa sajakah kandungan dalam skin care yang berbahaya bagi kulit? Yuk simak penjelasannya.
Phthalates
Terdapat pada produk perawatan kulit, Phthalates yang bekerja sebagai plasticizer atau pelembut plastik ini jarang dicantumkan dalam label produk, karena kandungan ini sering dijadikan wewangian pada produk.
Toluene
European Union lewat Regulasi Eropa Nomor 1223/2009 menyatakan, penggunaan phenoxyethanol pada produk skincare dan kosmetik masih diperbolehkan, asalkan konsentrasinya tidak melebihi 1%. Jika melewati batas aman, zat kimia ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan alergi pada kulit.
Phenoxyethanol
European Union lewat Regulasi Eropa Nomor 1223/2009 menyatakan, penggunaan phenoxyethanol pada produk skincare dan kosmetik masih diperbolehkan, asalkan konsentrasinya tidak melebihi 1%. Jika melewati batas aman, zat kimia ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan alergi pada kulit.
BHT
Butylated Hydroxytoluene (BHT) dapat ditemukan pada pelembap dan kosmetik. Sebab, kandungan skincare ini berperan sebagai antioksidan sintesis yang menjaga produk agar kedap udara.
Triclosan
Selain terdapat pada skincare, kandungan triclosan kerap ditemukan pada sabun dan pasta gigi. Hal ini karena zat kimia ini memiliki sifat antibakteri yang dapat membunuh bakteri penyebab infeksi. Meskipun mampu mencegah peradangan, triclosan berpotensi menimbulkan efek negatif karena membuat bakteri lebih kebal dan sulit mati jika digunakan dalam konsentrasi tinggi. Oleh karenanya, penggunaan triclosan tidak disarankan untuk dipakai dalam produk perawatan kulit sehari-hari.
Alumunium
Memiliki efek seperti estrogen dalam sistem tubuh manusia, alumunium dapat mengganggu fungsi sistem endokrin (kelenjar yang memproduksi hormon) yang sehat dan membuatnya menjadi tidak seimbang. Biasanya, kandungan skincare berbahaya ini ditemukan pada skincare yang berfungsi mengurangi produksi keringat, contohnya deodoran antiperspirant.
Merkuri
Kerap ditambahkan pada kosmetik, seperti bedak, eye shadow, dan powder, merkuri juga diklaim sebagai bahan pemutih kulit yang instan. Kenyataannya, merkuri masuk dalam daftar kandungan skincare berbahaya bagi kulit dikarenakan dapat menyebabkan purging dan breakout, kerusakan otak, saraf, ginjal, hingga gangguan fungsi paru jika terserap berlebihan ke dalam tubuh.
Oxybenzone
Sunscreen atau tabir surya yang berada di pasaran terbagi jadi dua jenis, yakni menggunakan filter kimiawi dan mineral. Penggunaan sunscreen dengan Oxybenzone ternyata masuk dalam daftar kandungan yang patut diwaspadai menurut Food and Drugs Administration (FDA), lho. Hal ini karena Oxybenzone memberikan reaksi kimia pada kulit saat terpapar sinar matahari, sehingga kinerja hormon endokrin terhambat dan memicu alergi kulit.
Formaldehyde
Kandungan skincare berbahaya selanjutnya adalah Formaldehyde. Pada produk kosmetik dan skincare, Formaldehyde sendiri digunakan sebagai bahan pengawet. Namun, sayangnya, kandungan ini ternyata bersifat toksik karena gampang terhirup dan mudah menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Untuk itu, ada baiknya hindari formaldehyde beserta turunannya, seperti quaternium-15, DMDM hydantoin, dan imidazolidinyl urea.
Talc
Penggunaan talc yang mampu menghaluskan kulit pada bedak tabur sebenarnya aman digunakan. Namun, perlu diingat juga bahwa talc dapat terkontaminasi mineral dan bersifat karsinogen (senyawa penyebab kanker), sehingga potensi terpapar gangguan paru-paru pun jadi lebih besar.
Mineral Oil
Sering dimasukan dalam kandungan skincare, seperti krim dan lotion, mineral oil ini mampu melapisi kulit dan membuat tampilan jadi flawless. Ini akan membahayakan kulit karena dapat menyumbat pori-pori wajah dan mengganggu kemampuan kulit dalam menghilangkan racun.
Benzalkonium klorida
Kandungan ini dapat ditemukan juga pada pembersih rumah tangga. Namun, tak jarang kandungan ini sering kali digunakan sebagai bahan pengawet dan surfaktan pada produk skincare, seperti pelembap dan sunscreen. Walau tergolong aman digunakan, sebuah penelitian menghubungkan antara potensi iritasi dengan reaksi alergi pada kulit, mata, dan pernafasan. Hal ini dikarenakan Benzalkonium Klorida memiliki sifat antimikroba yang apabila digunakan jangka panjang, dapat memicu resistensi bakteri di permukaan kulit.
Penulis:
Bayu Fitriyanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pamulang







