TANGSELXPRESS- Beberapa waktu belakangan, berhembus isu Ganjar Pranowo akan berduet dengan Prabowo Subianto. Hal ini disinyalir karena Joko Widodo mengajak Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto bertemu di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, pada 9 Maret 2023 lalu.
Sinyal restu yang diberikan Joko Widodo kepada Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto ini diperkuat dengan pertemuan Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 18 Maret 2023 kemarin, yang disinyalir membahas sosok yang akan dimajukan oleh PDIP di Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 mendatang.
Melihat hal tersebut, Peneliti Bidang Politik The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Ahmad Hidayah, mengatakan bahwa ada kemungkinan jika Ganjar Pranowo berduet dengan Prabowo Subianto di Pilpres tahun 2024 mendatang. Pasalnya, terdapat beberapa variabel yang dilihat dari sosok Ganjar dan Prabowo yang dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Variabel pertama, Ganjar berangkat dari kepala daerah, yang dapat dianggap sebagai elit lokal. Sementara, Prabowo merupakan Menteri Pertahanan yang artinya elit nasional. Kedua, secara lumbung suara, Ganjar kuat di pulau Jawa, dan Prabowo kuat di luar pulau Jawa. Ketiga, PDIP dan Partai Gerindra adalah dua partai terkuat berdasarkan hasil Pemilu 2019, sehingga dapat meningkatkan persentase kemenangan jika berkoalisi. Ketiga variabel ini memperlihatkan bahwa duet Ganjar – Prabowo sebagai komposisi yang baik dan strategis karena bisa saling melengkapi.
Ahmad menilai jika hal ini terjadi hanya semata sebagai bentuk pragmatisme partai politik. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana nantinya atau apakah pragmatisme tersebut berkelindan dan membawa idealisme positif untuk demokrasi yang lebih relevan, kontekstual, inklusif, dan responsif.
“Kemungkinan Ganjar berduet dengan Prabowo itu tentu ada. Sudah terlihat ada komunikasi politik di situ. Tapi, jika benar-benar terjadi, saya melihat hal ini lebih sebagai bentuk pragmatisme politik untuk memenangkan Pemilu. Kita tahu bahwa Ganjar dan Prabowo elektabilitasnya tertinggi saat ini di samping Anies Baswedan berdasarkan hasil survei beberapa lembaga. Artinya, ini soal hitung-hitungan menang saja,” jelas Ahmad.
Ahmad juga menekankan poin terpenting yang perlu didiskusikan antara PDIP sebagai partai politik pengusung Ganjar Pranowo dan Partai Gerindra sebagai pengusung Prabowo Subianto, yaitu siapa yang akan menjadi calon presiden.
“Pertanyaan pentingnya adalah siapa yang akan jadi calon presidennya? Kalau Ganjar, apa iya Prabowo mau jadi Cawapres setelah dua Pilpres maju sebagai Capres? Sebaliknya, kalau yang dimajukan jadi Capres itu Prabowo, apakah PDIP mau menjadikan Ganjar sebagai Cawapres, mengingat PDIP adalah partai pemenang di dua Pemilu terakhir dan partai penguasa saat ini,” papar Ahmad.
Meski pesimis bahwa duet Ganjar dengan Prabowo akan terealisasi, Ahmad menilai bahwa segala kemungkinan masih ada. Tinggal melihat, partai politik mana yang mau menurunkan egonya demi meningkatkan persentase kemenangan di Pemilu tahun 2024 mendatang, serta bagaimana dampak pragmatisme partai politik ini bagi demokrasi nantinya.