TANGERANG SELATAN – Tekanan darah di pagi hari dapat melonjak karena respons alami tubuh terhadap jam biologis atau ritme sirkadian. Fenomena kenaikan tekanan darah ini dikenal dengan istilah morning surge.
Morning surge biasanya terjadi dalam dua hingga tiga jam pertama setelah bangun tidur. Peningkatan ini sebenarnya normal, namun bisa berbahaya bagi pasien dengan hipertensi, khususnya hipertensi derajat dua dan tiga. Pada kondisi tertentu, lonjakan tersebut berpotensi memicu stroke hingga serangan jantung.
“Morning surge biasanya terjadi pada pukul 6–10 pagi, namun bisa juga muncul sejak dini hari. Menurut penelitian, lonjakan 10 mmHg dapat meningkatkan risiko stroke hingga 14 persen,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, di Sudirman, Jakarta, dikutip Senin 24 November 2025.
Banyak penderita hipertensi tidak merasakan gejala spesifik saat morning surge terjadi. Mereka mungkin merasa baik-baik saja, padahal tubuh sedang mengalami stres kardiovaskular yang tinggi.
“Inilah alasan pasien perlu melakukan pengecekan tekanan darah secara mandiri dan teratur pada pagi dan malam hari,” tambahnya.
Menurut dr. Tunggul, pengendalian hipertensi tidak hanya bergantung pada dokter, tetapi sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan pasien. Ia menekankan pentingnya menjalani gaya hidup sehat, di antaranya menjaga berat badan ideal, membatasi konsumsi garam, rutin berolahraga, berhenti merokok, hingga meminum obat secara teratur.
“Penurunan kecil tekanan darah pun berdampak signifikan. Penurunan 10 mmHg tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko stroke, kejadian kardiovaskular, hingga gagal jantung,” pungkasnya.







