LOMBOK TIMUR – Penggalangan dana untuk relawan Tim SAR Agam Rinjani tengah viral di media sosial. Donasi tersebut dilakukan melalui laman voaa.me/agam oleh warganet asal Brasil sebagai bentuk apresiasi atas jasanya mengevakuasi jenazah Juliana Marins yang tewas di Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam unggahan viral itu, Unit SAR Lombok Timur disebut-sebut kecewa lantaran hanya Agam Rinjani yang mendapat donasi hingga tembus dinominal Rp1,5 milyar. Menanggapi hal ini, Koordinator Lapangan Unit SAR Lombok Timur, Samsul Padli, tegas membantah kabar tersebut.
“Tidak ada sejarahnya Tim SAR meminta donasi untuk kegiatan operasi penyelamatan ataupun evakuasi korban, apalagi perasaan kecewa, itu hoaks,” tegas Padli, Senin, 30 Juni 2025
Padli juga menegaskan, Tim SAR sama sekali tidak terlibat dalam penggalangan dana untuk evakuasi jenazah pendaki asal Brasil itu.
Ia menjelaskan dalam proses evakuasi jenazah Juliana, sejumlah pihak terlibat secara sukarela. Di antaranya adalah Basarnas, BPBD, TNI-Polri, Damkar, relawan, hingga porter Gunung Rinjani.
“Kalau bencana alam bisa (galang donasi), tapi kalau penyelamatan ataupun evakuasi tidak ada yang begitu-gitu. Apalagi ketika mengevakuasi korban kemarin banyak relawan yang terlibat,” kata Padli.
Ia menambahkan Unit SAR Lombok Timur tidak pernah memanfaatkan insiden apapun untuk menggalang dana. Sebab, hal itu bisa merusak citra kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan pariwisata Lombok Timur secara umum.
Seperti diketahui, penggalangan dana untuk Agam Rinjani yang dilakukan melalui situs voaa.me/agam dikarenakan berhasil mengevakuasi jenazah Juliana Marins. Hingga ditutup pada 30 Juni 2025, donasi yang terkumpul mencapai 350 ribu Real Brasil atau sekitar Rp1,5 miliar.
Sebelumnya, Juliana Marins dilaporkan terjatuh ke jurang saat mendaki puncak Gunung Rinjani melalui jalur Sembalun, Sabtu (21/6/2025). Lokasi jatuhnya berada di kawasan Cemara Tunggal.
Proses pencarian sempat terkendala cuaca ekstrem dan kabut tebal. Pada Senin, 23 Juni 2025, tim SAR mendeteksi keberadaan Juliana berada di kedalaman sekitar 500 meter dari titik awal jatuh. Namun, evakuasi sempat terhambat karena kondisi medan yang terjal.
Juliana akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Selasa, 24 Juni 2025 di kedalaman 600 meter dari titik Lost Known Position (LKP). Keluarga Juliana kemudian meminta proses autopsi untuk mengetahui waktu kematiannya.