TUPPERWARE pada tahun 1946 memperkenalkan produk plastiknya kepada publik setelah pendirinya Earl Tupper menemukan segel kedap udara yang fleksibel. Merek tersebut melejit dan terkenal di Amerika dan sebagian besar dijual melalui ‘ibu-ibu’ di pinggiran kota. Perusahaan produsen kontainer makanan asal Amerika Serikat (AS), Tupperware resmi mengajukan kebangkrutan Chapter 11 pada Selasa, 17 September 2024.
Sebelumnya pada Agustus 2024, Tupperware meragukan kemampuannya untuk tetap menjalankan bisnis. Kondisi tersebut tampak ironis sebab saat pandemi Covid-19, penjualan wadah plastik kedap udara tersebut sempat meningkat karena tren memasak di rumah.
Lalu lantas kenapa “Tupperware Resmi Ajukan Bangkrut, Apa Penyebabnya?” Kita telaah dan simak lebih lanjut penyebabnya.
Kepala Eksekutif Tupperware, Laurie Goldman mengatakan, produsen wadah plastik tersebut mengalami kerugian karena penurunan penjualan. Permintaan pasar terhadap wadah makan warna-warni juga semakin menurun drastis, meskipun sempat meningkat sekejap saat pandemi. Selain itu, lonjakan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku seperti resin plastik pasca pandemi juga telah menekan bisnisnya berakhir makin buruk.
“Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan telah sangat terpengaruh oleh lingkungan ekonomi makro yang menantang,” ungkap Goldman.
Perusahaan tersebut telah berupaya membalikkan keadaan bisnisnya selama bertahun-tahun setelah melaporkan penurunan penjualan secara bertahap selama beberapa kuartal.
Diketahui, perusahaan ini memiliki utang lebih dari US$700 juta. Para kreditur sepakat pada tahun ini untuk memberikan sedikit ruang bernapas atas persyaratan pinjaman yang dilanggar, tetapi kondisi Tupperware terus memburuk. Meskipun demikian, rencana pengajuan kepailitan itu belum final dan dapat berubah.
Saat dimintai konfirmasi, pihak Tupperware menolak berkomentar. Adapun melansir dari Reuters, perusahaan juga kesulitan memenuhi kebutuhan dengan adanya lonjakan biaya bahan baku penting seperti resin plastik, serta tenaga kerja, setelah pandemi Covid-19. Pada bulan Agustus, Tupperware telah menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya untuk keempat kalinya sejak November 2022 dan mengatakan bahwa mereka menghadapi krisis likuiditas.
Perusahaan ini mencatatkan perkiraan aset senilai $500 juta hingga $1 miliar dan perkiraan kewajiban sebesar $1 miliar-$10 miliar, menurut pengajuan kebangkrutan di Pengadilan Kebangkrutan AS untuk Distrik Delaware.
Setelah mengalami penurunan penjualan dan menyebabkan pendapatan menurun secara drastis dan terus menerus, tidak lama lagi setelah itu Tupperware menyatakan bahwa perusahaannya bangkrut dan tidak bisa melanjutkan bisnisnya di era sekarang karena semakin banyak kompetitornya juga sehingga berdampak pada pendapatan Perusahaan tersebut.
Penulis:
Dicky Febri Kurniawan (221011200681)
Mahasiswa Universitas Pamulang