SETIAP tanggal 20 Mei, Indonesia memperingati ‘Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas)’ sebagai momentum bangkitnya kesadaran berbangsa dan bernegara. Pada tahun 1908, berdirinya ‘Budi Utomo’ menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia melawan kolonialisme melalui pendidikan dan persatuan.
Kini, lebih dari seabad setelahnya, semangat Kebangkitan Nasional tetap relevan, terutama dalam konteks reformasi. Reformasi 1998 menjadi titik balik demokrasi Indonesia, tetapi tantangan korupsi, ketimpangan sosial, dan disinformasi masih menghantui. Bagaimana semangat Harkitnas dapat menginspirasi gerakan reformasi masa kini?
- Reformasi 1998: Kebangkitan Demokrasi Indonesia
Reformasi lahir dari krisis ekonomi dan politik Orde Baru, dipicu oleh gerakan mahasiswa dan masyarakat yang menuntut:
– Demokratisasi (kebebasan pers, pemilu langsung).
– Pemberantasan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).
– Desentralisasi (Otonomi daerah melalui UU No. 22/1999).
Namun, 26 tahun pasca-reformasi, apakah janji perubahan telah terwujud?
- Tantangan Reformasi di Era Digital
Reformasi tak hanya tentang politik, tetapi juga adaptasi di era disruptif:
– Hoaks & Polarisasi : Media sosial menjadi alat demokrasi sekaligus ancaman lewat disinformasi.
– Kesenjangan Digital : Akses internet belum merata, menghambat partisipasi publik.
-Transparansi Pemerintah : Meski ada e-government, korupsi masih terjadi (e.g., kasus korupsus dana COVID-19).
- Menghidupkan Kembali Semangat Kebangkitan Nasional untuk Reformasi
Budi Utomo mengajarkan bahwa perubahan dimulai dari pendidikan dan persatuan. Untuk melanjutkan reformasi, diperlukan:
Gerakan Literasi Digital – Memerangi hoaks dengan edukasi.
Partisipasi Publik – Mendorong anak muda terlibat dalam pengawasan kebijakan.
Reformasi Birokrasi – Memperkuat sistem meritokrasi dan akuntabilitas.
Kesimpulan
Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar seremonial, melainkan pengingat bahwa reformasi adalah proses terus-menerus. Seperti para pendiri Budi Utomo, kita perlu bangkit bersama untuk menjawab tantangan zaman. “Bersatu, Bangkit, Tumbuh” (tagline Harkitnas 2024) harus jadi pedoman: bersatu dalam kebhinekaan, bangkit dari ketertinggalan, dan tumbuh dengan inovasi.
Penulis:
Yeni Nuraeni
Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang