BOGOR – Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan tanggapan serius terkait insiden keracunan yang menimpa 213 pelajar di Bogor, Jawa Barat. Kejadian tersebut diduga berasal dari konsumsi makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi program pemerintah.
Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menyampaikan bahwa pihaknya langsung mengambil langkah cepat tanggap untuk menyelidiki sumber keracunan tersebut.
Salah satu tindakan awal yang dilakukan adalah pengujian laboratorium terhadap sampel bahan baku makanan dan makanan jadi yang disajikan dalam program MBG.
“Jika terjadi seperti ini kami itu biasa langsung ambil tindakan. Satu, cek sampel makanannya, benar enggak? Ini valid enggak? Memang benar dari makanannya gitu kan. Sampel makanan selalu ada,” ujar Tigor dalam keterangan tertulis dikutip, Selasa, 13 Mei 2025.
Menurutnya, jika ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa bahan makanan yang digunakan, misalnya seperti ikan tongkol, dalam kondisi tidak layak, maka BGN akan memberi teguran keras kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab.
Tak hanya itu, BGN juga akan bertanggung jawab penuh terhadap para korban yang mengalami keracunan. “Kemudian yang kedua, yang menjadi korban, diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya. Kita bekerjasama dengan Puskesmas untuk (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN,” tambahnya.
BGN juga telah merencanakan langkah lanjutan berupa pelatihan ulang kepada SPPG, khususnya bagi para penjamah makanan.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan ketajaman dalam memilih dan mengolah bahan pangan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Lebih lanjut, BGN juga tidak segan untuk menindak tegas para pemasok bahan makanan jika terbukti menyuplai bahan pangan yang tidak segar atau mencurigakan.
“Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya harus kita cek dari mana asal suppliernya. Begitu kita tahu suppliernya maka kita akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan, kita stop supplier tersebut,” tegas Tigor.
Misi utama Presiden Prabowo Subianto dalam program MBG, kata Tigor, adalah memastikan seluruh pelaksanaan berjalan aman tanpa kasus keracunan, atau yang disebut sebagai *zero accident*.
“BGN itu sangat ingin menjalankan makan bergizi ini dengan zero accident, dengan zero kasus keracunan. Ini menjadi misi kami, sebenarnya misi Pak Presiden juga. Bayangin, ini 1.200 dapur MBG. Jumlah pengawas kita ini hanya tiga direktur. Dan juga saat ini, hanya sekitar dua puluhan pegawai kita,” jelasnya.
Menurut Tigor, setiap SPPG seharusnya dilengkapi dengan tenaga ahli gizi yang bisa memastikan kualitas makanan dari sisi kandungan hingga kelayakan konsumsi. Ia menekankan bahwa kolaborasi semua pihak sangat penting agar kejadian serupa tidak terulang.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengungkapkan, berdasarkan hasil uji laboratorium, penyebab keracunan 213 pelajar adalah bakteri yang terkandung dalam dua menu mekanan, yakni bakteri Coli dan Salmonela.
“Dari hasil pemeriksaan Lab kurang lebih hampir 4 hari terakhir, hasilnya menunjukan beberapa bahan itu mengandung bakteri coli dan salmonela,” kata Dedie, Senin, 12 Mei 2025.
Bakteri Coli dan Salmonela ini didapat dari dua jenis makanan yang disajikan kepada siswa, yakni telur ceplok saus barbeque dan tumis tahu tauge.
Diinformasikan bahwa menu MBG ini dimasak pada malam hari dan didistribusikan kepada siswa pada siang hari. Makanan ini dimasak di dapur Sekolah Bosowa Bina Insani Kota Bogor untuk melayani 13 sekolah.