JAKARTA – Indonesia sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Konferensi Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) Ke-19, forum antarparlemen negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Atas nama Pemerintah Republik Indonesia, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan sambutan hangat kepada seluruh delegasi Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC).
Dalam sambutannya, Menbud Fadli Zon memberikan apresiasi atas komitmen PUIC yang konsisten dalam menjunjung prinsip-prinsip bersama, terutama hak penentuan nasib sendiri, kedaulatan, kemerdekaan, dan keadilan budaya.
Di hadapan para undangan yang hadir, Menbud Fadli Zon memaparkan keragaman budaya yang dimiliki Indonesia. “Sebagai negara mega-diversitas budaya, Indonesia memiliki warisan yang tidak hanya melimpah, tetapi juga berperan besar dalam peradaban dunia. Dengan 1.340 kelompok etnis, 718 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, serta ribuan unsur budaya yang telah diakui secara nasional dan internasional, Indonesia berdiri sebagai contoh nyata harmoni dalam keberagaman,” ujarnya.
Menbud Fadli Zon mengungkapkan langkah-langkah Indonesia dalam melestarikan dan mempromosikan warisan budaya, termasuk pengajuan ke UNESCO tiga unsur budaya, salah satunya tempe yang telah dilakukan, dan akan mengusulkan tradisi Iftar.
Selain itu, penemuan arkeologis penting seperti fosil Homo erectus di Jawa dan koin Dinasti Umayyah dan Abbasiyah di Sumatera Utara menambah kekayaan narasi sejarah Indonesia sebagai bagian dari peradaban Islam di dunia.
Islam di Indonesia, menurut Menbud Fadli Zon, tumbuh dalam tradisi yang penuh toleransi, membentuk peradaban Islam yang unik, terbuka, dan penuh kearifan. Hal ini tercermin dalam berbagai tradisi, seperti halal bihalal, sekaten, dan dakwah kultural para Wali Songo.
“Wali Songo di Jawa pada akhir abad ke-14 menggunakan beragam media dakwah, seperti wayang, gamelan, lagu-lagu Jawa, dan upacara tradisional. Perpaduan harmonis ini mencerminkan warisan Islam untuk membawa pencerahan, sebagaimana disimbolkan oleh istilah Qurani “misykat”, dari mana cahaya terpancar,” ujar Menbud Fadli Zon.
Di depan delegasi negara OKI yang hadir, Menbud Fadli Zon mengatakan, di tengah tantangan global, seperti krisis iklim, ketegangan geopolitik, perang dan konflik, tema tata kelola yang baik dan institusi yang kuat sebagai pilar ketahanan sangat relevan dan harus terus diperjuangkan.
“Budaya tidak hanya merefleksikan masa lalu, tetapi juga membentuk tata kelola yang baik dan keadilan di masa depan,” ujarnya. Pada jamuan makan malam yang bertajuk “In the Harmony of Moonlight, Hearts Unfold”,
Menbud Fadli Zon menegaskan pentingnya memperkuat dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan mendorong terwujudnya gencatan senjata permanen di Gaza.
“Sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, penjajahan harus dihapuskan. Langkah kolektif untuk berkontribusi dalam perdamaian dan keamanan dunia adalah suatu keniscayaan.
Kita harus mengedepankan nilai-nilai Islam tentang perdamaian dan kesetaraan, memastikan suara mereka yang tak bersuara terdengar, hak menentukan nasib sendiri ditegakkan, dan keadilan budaya diwujudkan,” pungkasnya.
PUIC merupakan badan legislatif yang mewadahi parlemen dari negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Didirikan pada tahun 1999, PUIC kini memasuki tahun ke-25 dan menggelar Konferensi ke-19 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada 12–15 Mei 2025.
Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah konferensi ini sejak penunjukan resmi tahun lalu. Konferensi ke-19 PUIC mengangkat tema “Good Governance and Strong Institutions as Pillars of Resilience”.
Hadir pada acara malam hari ini para delegasi dari 20 negara anggota PUIC, antara lain Algeria, Urganda, Yemen, Jordan, Iraq, Malaysia, Tunisia, Mozambik, Maroko, Somalia, Mesir, Tajikistan, Iran, Senegal, Bahrain, Kamerun, Chad, Palestina, Mauritania, dan Libya.
Selaku tuan rumah, hadir pula Ketua DPR RI, Puan Maharani, beserta jajaran DPR RI, Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha; Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan, Bambang Wibawarta; Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan, Fryda Lucyana; Direktur Jenderal Promosi, Diplomasi, dan Kerja Sama Budaya, Endah Tjahjani Dwirini; serta segenap pejabat Kementerian Kebudayaan.
Turut memberikan sambutan, Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia memiliki kebanggaan tersendiri dalam menjadi tuan rumah Sidang ke-19 Konferensi PUIC.
Di depan para perwakilan terhormat dari negara-negara Muslim, dirinya mengajak saling bekerjasama untuk perdamaian dan kemakmuran demi masa depan dunia yang lebih cerah.
“Kami sebagai wakil rakyat memiliki tanggung jawab untuk membentuk masa depan bangsa kita. Oleh karena itu, mari kita mulai bekerja bersama untuk memajukan perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bagi rakyat yang kita wakili dan untuk seluruh umat manusia,” ucap Puan Maharani.
Konferensi Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) ke-19 diharapkan menjadi simbol persahabatan dan kolaborasi antarnegara anggota PUIC serta memperkuat peran Indonesia dalam diplomasi budaya global.