JAKARTA – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Wihaji menyebut remaja sebagai generasi penerus bangsa memegang peran penting dalam membangun masa depan. Mereka adalah harapan bangsa, ujung tombak kemajuan dan agen perubahan.
Hal itu disampaikan Wihaji saat membuka kegiatan Kaji Reka (Kajian Rekomendasi Kebijakan) episode 1 ‘Ketahanan dan Kesehatan Reproduksi Remaja: call to action gerakan ayah teladan Indonesia bagi kebijakan kesehatan reproduksi remaja’ di Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan remaja usia 10-19 tahun berjumlah 44,25 juta jiwa, dan pemuda (16-30 tahun) berjumah 64,16 juta jiwa atau sekitar 23,18 persen dari total penduduk Indonesia.
Jumlah mereka cukup banyak. Untuk itu diperlukan pengasuhan yang tepat bagi mereka, termasuk di dalamnya keterlibatan ayah dalam pola asuh. Berangkat dari persoalan itu, Kemendukbangga/BKKBN menginisiasi sebuah program terobosan dengan nama Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). Program tersebut semakin dimasifkan oleh menteri Wihaji.
GATI merupakan satu dari 5 program quick wins yang diinisiasi Kemendukbangga/BKKBN. Selain GATI ada Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Lansia Berdaya (Sidaya) dan SuperApps tentang Keluarga berbasis AI.
“GATI hadir sebagai jawaban atas tantangan pengasuhan masa kini. GATI merupakan gerakan kolaboratif yang mendorong ayah untuk aktif hadir, terlibat dalam pengasuhan anak, mendampingi remaja, dan berbagi peran domestik bersama pasangan,” ungkap Menteri Wihaji.
“Gerakan ini bertujuan mengembalikan posisi ayah sebagai figur teladan, pelindung, sekaligus sahabat dalam tumbuh kembang anak,” sambungnya.
Wihaji menggarisbawahi bahwa peran ayah sangat penting, apalagi bagi anak laki-laki. “Hambatan komunikasi antara ayah dan anak adalah waktu bertemu, sehingga dominasi komunikasi adalah dengan ibu,” ujarnya.
Ditambahkan dr. Fabiola Tazrina Tazir selaku Direktur Bina Kesehatan Reproduksi Kemendukbangga/BKKBN bahwa dunia sudah berubah, model komunikasi berubah, kita bisa fokus pada kebijakan komunikasi yang efektif bagi remaja.
“Kami tahu ada modul, tapi apa modul masih relevan atau tidak,” ucap Fabiola.
Menurut dia, Kemendukbangga/BKKBN sendiri sudah memiliki modul-modul 1001 cara bicara orang tua dengan remaja. Modul ini bukan sekedar modul tapi juga dilengkapi kartu bermain, buku saku dan menjadi pegangan bagi kader Bina Keluarga Remaja (BKR).
“Update buku ini ‘step by step’. Dan yang pasti memberi pembelajaran bagi orang tua bagaimana membangun komunikasi yang efektif dengan anak. Tetapi kelemahan buku ini, si anak tidak tahu cara merespon, sehingga bisa terjadi misskomunikasi,” jelas Fabiola.
Sementara Direktur Bina Ketahanan Remaja Kemendukbangga/BKKBN, Dr Edi Setiawan menambahkan tahun lalu BKKBN juga telah melaunching modul baru 1001 cinta dan drama dalam paket edukasi orang tua dan remaja.
“Sehingga orang tua bisa berkomunikasi efektif dengan remaja,” tukas Edi Setiawan.