Oleh: DAHLAN ISKAN
Sang Begawan Media
SAYA menerima pertanyaan ini tolong dibantu dijawab: apakah setelah ini PLN juga akan mengoplos listriknya?
Sampai tadi malam saya masih sulit percaya: bensin Ron 90 dijual ke masyarakat sebagai Ron 92.
Saya juga masih sulit percaya: Pertamina melakukan oplos bensin kualitas Ron 90 untuk dijual sebagai Ron 92 dengan harga yang lebih mahal. Menipu masyarakat kok secara masal-nasional.
Kalau itu benar terjadi, negeri ini benar-benar gelap. Sebagiannya. Tidak ada kejahatan yang lebih masif dari itu. Bukan saja kerugian negaranya. Juga kerugian masyarakat luas. Termasuk kerusakan mesin kendaraan se-Indonesia. Belum lagi polusinya. Sakit hati.
Sampai-sampai beredar di medsos modifikasi doa populer seperti ini:
DOA MASUK POM BENSIN
اللهم أرنا الفرتماك فرتماك وارزقنا اكتسابه وأرنا الفرتاليت فرتاليت وارزقنا اقتناءه ولا تجعله ملتبسا علينا
“Ya Allah, tunjukkan kepada kami mana pertamax itu pertamax dan mudahkan kami untuk memperolehnya. Dan tunjukkan kepada kami mana pertalite itu pertalite dan mudahkan kami mendapatkannya. Lindungilah kami dari pembelian yang tertukar…”
Kalau sampai penipuan masal itu benar terjadi, rasanya saya ingin membubarkan itu Pertamina.
Memang kini pompa bensin Shell dan AKR menjadi lebih penuh sesak. Orang banyak yang lari dari pompa bensin Pertamina. Tapi Shell dan AKR tidak seluas jangkauan Pertamina. Maka masyarakat tidak punya pilihan. Mereka tetap harus ke pompa bensin Pertamina –sambil memanjatkan doa yang sulit dikabulkan itu.
Tapi saya tetap sulit percaya itu benar-benar dilalukan Pertamina. Bahkan saya masih sulit memahami keterangan istilah “oplos” di kasus ini.
Di dunia minyak ada dua istilah yang artinya mirip. Oplos dan blending. “Oplos” diartikan negatif: misalnya solar dioplos dengan bensin. Dua jenis yang berbeda.
“Blending” diartikan positif, setidaknya netral: bersin di-blending dengan bensin. Atau bensin di-blending dengan additive.
Dalam bahasa Inggris oplos ya blending, blending ya oplos.
Apakah yang telah dilakukan Pertamina mem-blending bensin Ron 90 dengan Ron 92 lalu dijual dengan harga Ron 92?
Kesan saya begitu.
Apakah ketika Ron 90 di-blending dengan Ron 92 menjadi Ron 91 –lalu dijual dengan harga Ron 92?
Anda sudah tahu: tidak ada kategori bensin Ron 91. Yang ada adalah Ron 88, Ron 90, Ron 92, dan Ron 95.
Bensin di pompa-pompa Pertamina asalnya dari dua sumber: dari kilang milik Pertamina sendiri (Cilacap, Balongan Jabar, Balikpapan) dan dari impor.
Kilang-kilang di dalam negeri itu baru bisa memproduksi bensin sebanyak 60 persen kebutuhan nasional. Selebihnya dari impor –umumnya dari kilang Singapura.
Kilang Cilacap dan Balongan memproduksi bensin kualitas Ron 90. Di luar negeri semakin sulit menemukan kilang yang masih memproduksi Ron 90. Di sana kesadaran lingkungan sudah tinggi. Memproduksi bensin Ron 90 dianggap sebagai sumber pencemaran.
Dengan demikian bensin impor kita mestinya hanya yang kualitas Ron 92. Apakah Pertamina mem-blending bensin impor dengan bensin produksi dalam negeri?
Sepengetahuan lama saya Pertamina tidak punya fasilitas blending. Anda bisa koreksi dengan info yang lebih akurat. Yang punya hanyalah satu orang: si raja impor BBM, keluarga Mohamad Reza. Yang anaknya kini jadi salah satu tersangka di Kejaksaan Agung.
Atau importirlah yang impor Ron 92. Lalu importer cari kilang di luar negeri yang masih produksi Ron-90. Dua jenis Ron itu lantas di-blending di fasilitas blender miliknya di pantai Banten sana.
Kalau sumbernya dari sini, maka kesalahan Pertamina adalah: mengapa tidak dikontrol kualitasnya saat membeli bensin Ron 92 dari blender milik importer.
Atau jangan-jangan Ron 90 dari kilang dalam negeri yang di-blending dengan Ron 92 impor?
Pertamina memang belum punya kemandirian bensin. Sangat tergantung pada pemasok swastanya itu. Bahkan tidak ada importer BBM yang punya fasilitas blending kecuali yang satu itu.
Jangan-jangan sebenarnya Pertamina lagi kepepet cashflow. Kesulitan keuangan. Malu atau takut mengakui apa adanya.
Misalnya: di satu pihak Pertamina harus menjalankan program pemerintah: harga BBM harus sama di seluruh Indonesia. Itu sangat merugikan Pertamina. Dari mana Pertamina harus menutupi kerugian operasional seperti itu.
Atau program pemerintah yang lain: Pertamina tidak boleh kekurangan pasok BBM ke masyarakat. Apa pun yang terjadi. Tidak boleh BBM langka. Padahal kemampuan membeli BBM impor lagi berat. Dari pada heboh BBM langka, maka BBM kualitas apa pun yang disodorkan pemasok diterima. Toh masyarakat tidak tahu. Masyarakat lebih heboh tidak ada BBM dari pada kualitas BBM.
Mungkinkah dua hal itu yang melatarbelakangi kasus blending Ron 90 dan Ron 92 ini? Atau yang lain? Atau apa?
Kalau pun dari hasil “kejahatan” itu sampai ratusan triliun, bukankah uangnya mengalir ke perusahaan? Ke Pertamina? Bukan ke para pimpinannya?
Bingung. Begitu banyak tanda tanya.
Masih banyak informasi yang kita tunggu apa yang sebenarnya terjadi. Sayang mobil kita tidak dilengkapi deteksi apakah yang kita beli benar-benar Ron 92 atau bukan. Anda pasrah saja bukan?
Mobil listrik tidak akan jadi korban permainan seperti itu –kalau permainannya benar-benar ada. Sampai kelak kalau listrik pun bisa dioplos.(*)
Tuisan ini sudah tayang di Disway.id