TANGSELXPRESS – Cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia belakangan ini telah menyebabkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Untuk mengurangi dampak dari fenomena cuaca tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, dan Polri melaksanakan operasi modifikasi cuaca.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa modifikasi cuaca dilakukan untuk mengurangi dampak bencana di wilayah-wilayah rawan, terutama di jalur mudik yang diprediksi akan mengalami cuaca buruk.
“Selain itu, kami mohon masyarakat untuk terus memonitor perkembangan informasi cuaca, terutama melalui aplikasi info BMKG yang terintegrasi dengan aplikasi di jalur mudik. Hal ini akan membantu masyarakat merencanakan perjalanan agar tetap aman dan nyaman,” ujar Dwikorita saat ditemui usai Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Kesiapan Operasi Lilin 2024 di Jakarta, Senin (16/12/2024). Dilansir dari RRI.
Menurut Dwikorita, cuaca ekstrem yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah masuknya Monsun Asia yang membawa uap air, menyebabkan hujan lebat, serta pengaruh dari Samudera Pasifik yang semakin dingin.
Kombinasi ini mengakibatkan peningkatan curah hujan hingga 20 persen, yang dikenal sebagai fenomena La Nina lemah.
Dengan curah hujan yang tinggi, BMKG memperingatkan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Ia juga mengingatkan masyarakat, khususnya para pengendara, untuk lebih berhati-hati saat berkendara di tengah cuaca buruk.
“Kesiapsiagaan tetap menjadi kunci agar perjalanan selama liburan Nataru dapat berlangsung dengan aman,” tambah Dwikorita.
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa indikator keberhasilan operasi modifikasi cuaca ini dapat dilihat dari pengurangan curah hujan yang signifikan di dua provinsi, mulai 11-14 Desember 2024.
Operasi modifikasi cuaca di wilayah laut utara Jawa Tengah dilakukan dengan penyemaian garam (NaCl) ke awan potensial menggunakan pesawat.
“Terbaru, operasi dilakukan dengan waktu total selama 10 jam 39 menit pada hari Sabtu (14/12/2024). Sebanyak 1.000 kilogram NaCl disemai dalam setiap penerbangan pesawat, dengan target awan di ketinggian 10.000-12.000 kaki di atas permukaan laut,” kata Abdul Muhari, Minggu (15/12/2024).
Menurutnya, operasi modifikasi cuaca ini berhasil mengurangi intensitas hujan di beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Jepara, Pati, Kudus, Demak, dan Kota Semarang.
Curah hujan di wilayah tersebut menurun menjadi hanya 5-20 mm per hari, atau sekitar 70 persen lebih rendah dari sebelumnya.
Dengan upaya ini, BMKG, BNPB, dan pihak terkait berharap dampak bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalisir, dan masyarakat dapat menjalani liburan Nataru dengan aman.