INVESTASI adalah salah satu pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk Indonesia. Berbagai faktor mempengaruhi tingkat investasi, dan salah satunya adalah biaya modal, yang merupakan konsep fundamental dalam manajemen keuangan. Artikel ini akan membahas bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Indonesia berhubungan dengan teori biaya modal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi di Indonesia
1. Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi yang baik akan mengurangi risiko investasi, sehingga biaya modal dapat menurun. Investor lebih cenderung berinvestasi dalam kondisi ekonomi yang stabil, yang juga mengurangi ekspektasi pengembalian yang diperlukan.
2. Regulasi dan Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang mendukung investasi, seperti insentif pajak, dapat mempengaruhi biaya modal. Misalnya, jika pemerintah memberikan insentif untuk saham preferen atau utang, biaya modal untuk sumber tersebut dapat menurun, menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi.
3. Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur yang baik meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Dengan efisiensi yang lebih tinggi, laba perusahaan dapat meningkat, yang pada gilirannya dapat menurunkan biaya modal saham biasa karena ekspektasi pengembalian meningkat.
4. Sumber Daya Manusia
Kualitas tenaga kerja yang baik dan pendidikan yang memadai dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Perusahaan dengan tenaga kerja terampil cenderung memiliki biaya modal yang lebih rendah, karena risiko yang lebih kecil dan potensi laba yang lebih tinggi.
5. Kondisi Politik
Stabilitas politik berpengaruh langsung terhadap persepsi risiko. Ketika kondisi politik stabil, biaya modal dapat berkurang karena investor merasa lebih aman. Sebaliknya, ketidakpastian politik dapat meningkatkan biaya modal karena ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi untuk mengimbangi risiko.
6. Pasar Domestik
Ukuran dan daya beli pasar domestik dapat mempengaruhi biaya modal. Perusahaan yang beroperasi di pasar yang besar dengan permintaan tinggi mungkin dapat memperoleh biaya modal yang lebih rendah, berkat potensi laba yang lebih tinggi.
Jenis-jenis Biaya Modal
1. Biaya Modal Saham Preferen
Saham preferen adalah jenis saham yang memberikan prioritas pembayaran dividen kepada pemegangnya dibandingkan saham biasa. Dividen yang dibayarkan biasanya tetap dan tidak bergantung pada laba perusahaan, sehingga dianggap lebih aman bagi investor. Mengapa Biaya Modal Saham Preferen Penting? Biaya modal saham preferen penting karena mewakili tingkat pengembalian minimum yang harus diberikan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi pemegang saham preferen. Karena dividen saham preferen tidak dapat dikurangkan dari pajak, biayanya cenderung lebih tinggi dibandingkan utang.
2. Biaya Modal Saham Biasa
Saham biasa memberikan hak kepada pemegang saham untuk menerima dividen yang tidak tetap dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan perusahaan. Karena tingkat pengembalian saham biasa bergantung pada laba perusahaan dan kondisi pasar, risiko yang dihadapi pemegang saham biasa lebih besar dibandingkan pemegang saham preferen. Mengapa Biaya Modal Saham Biasa Penting? Biaya modal saham biasa mencerminkan tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Ini penting bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat minimum yang harus mereka hasilkan untuk menarik atau mempertahankan investor.
3. Biaya Modal Saham Individual
Biaya modal saham individual mencerminkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi dalam satu saham tertentu. Model yang sering digunakan adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Mengapa CAPM Digunakan? CAPM mengukur hubungan antara risiko dan pengembalian saham, memperhitungkan pengaruh pasar secara keseluruhan terhadap saham tersebut.
4. Biaya Modal Gabungan (WACC)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah biaya rata-rata tertimbang dari semua sumber modal perusahaan, termasuk utang, saham preferen, dan saham biasa. Mengapa WACC Penting? WACC digunakan untuk mengevaluasi proyek investasi dan menentukan apakah pengembalian proyek cukup untuk menutupi biaya pendanaan. Jika pengembalian lebih rendah dari WACC, proyek dianggap tidak menguntungkan.
Fenomena yang diangkat pada artikel ini adalah fenomena yang baru-baru ini dibahas oleh banyak portal berita terkait dengan anjloknya saham-saham di Indonesia. Berita mengenai penurunan tajam saham-saham di Indonesia, dengan beberapa saham anjlok hingga 49%, memberikan bahasan yang menarik untuk memahami pergerakan pasar saham saat ini.
Dalam periode 9 hingga 13 Desember 2024, sejumlah saham mengalami penurunan yang signifikan, dengan PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) menjadi yang paling parah, turun 49,2% dari Rp 2.680 menjadi Rp 1.360. Selain itu, saham PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) juga mengalami penurunan drastis, masing-masing sebesar 29,5% dan 28,2%.
Penurunan ini mencerminkan tekanan yang dihadapi oleh pasar saham secara keseluruhan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turun 0,7%, sementara kapitalisasi pasar bursa menyusut 0,5%, menunjukkan bahwa investor cenderung menjual saham mereka, mungkin karena ketidakpastian di pasar atau reaksi terhadap berita negatif terkait perusahaan-perusahaan tersebut.
Aksi jual bersih oleh investor asing yang tercatat sebesar Rp 1,39 triliun menunjukkan bahwa ketidakpastian ini tidak hanya dirasakan oleh investor domestik. Meskipun ada catatan beli bersih asing sebesar Rp 2,7 triliun selama seminggu, tekanan jual yang kuat telah memengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan.
Penurunan tajam pada saham-saham tersebut dapat berpengaruh pada biaya modal perusahaan. Dalam manajemen keuangan, biaya modal adalah konsep penting yang digunakan untuk menilai efisiensi pendanaan perusahaan. Biaya modal mencakup berbagai jenis, seperti biaya modal saham preferen, saham biasa, saham individual, dan saham campuran.
Setiap jenis saham memiliki cara perhitungan yang berbeda, tergantung pada risiko dan ekspektasi pengembalian investor. Ketika harga saham turun, seperti yang terjadi pada saham-saham yang tertekan baru-baru ini, ekspektasi pengembalian yang diperlukan oleh pemegang saham juga dapat meningkat untuk mengimbangi risiko tambahan.
Hal ini dapat menyebabkan perusahaan menghadapi biaya modal yang lebih tinggi dalam jangka panjang, terutama jika investor mengharapkan pengembalian yang lebih besar untuk saham biasa yang lebih berisiko.
Biaya modal saham preferen, yang memberikan prioritas pembayaran dividen, juga dapat terpengaruh, karena perusahaan mungkin perlu menawarkan pengembalian yang lebih tinggi untuk menarik investor. Sementara itu, biaya modal gabungan (WACC) yang mencakup semua sumber modal perusahaan menjadi penting dalam penilaian proyek investasi.
Jika pengembalian proyek tidak dapat menutupi WACC yang lebih tinggi akibat penurunan nilai saham, proyek tersebut dianggap tidak menguntungkan. Keseluruhan, berita tentang anjloknya saham-saham di Indonesia adalah refleksi dari kondisi pasar yang bergejolak, yang tidak hanya memengaruhi harga saham individu tetapi juga dapat berdampak pada biaya modal dan keputusan investasi perusahaan secara keseluruhan. Investor perlu memperhatikan dinamika ini saat mempertimbangkan strategi investasi mereka di pasar yang penuh ketidakpastian ini.
Penulis:
- Bunga Boenlie
- Gery Agustian
- Muhamad Aspuri
- Ulan Sari
- Widya Eka Utami
Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.