TANGSELXPRESS – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan metode pembelajaran yang menjadi arah fokus kebijakan pendidikan ke depan. Pernyataan ini disampaikan untuk mengklarifikasi isu yang berkembang terkait potensi perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional.
“Deep learning itu bukan kurikulum,” tegas Abdul Mu’ti seperti dikutip dari beritasatu.com saat ditemui di Gedung DPR, seusai rapat dengan Komisi X DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin (18/11/2024).
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa konsep deep learning tidak menggantikan kurikulum yang ada. Sebaliknya, ini adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman mendalam, relevan, dan positif bagi siswa.
Dalam sebuah video di kanal YouTube Sahabat Pembelajar, Abdul Mu’ti menyebutkan bahwa pembelajaran di masa depan akan diarahkan untuk mengadopsi prinsip-prinsip deep learning agar lebih efektif dan berdampak pada kualitas pendidikan.
“Kita bocori ya, jadi arah pembelajaran ke depan itu mau saya arahkan ke konsep yang disebut deep learning,” ujarnya dalam video yang dikutip pada Senin (18/11/2024).
Konsep ini sudah dikenal selama lebih dari dua dekade, dan Abdul Mu’ti pertama kali mengenalnya saat menempuh pendidikan di Australia.
Menurutnya, ada tiga pilar utama dalam pembelajaran berbasis deep learning, yaitu mindful (kesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menyenangkan).
“Deep learning adalah metode yang menekankan pengalaman belajar yang penuh kesadaran, bermakna, dan menyenangkan,” jelasnya.
Abdul Mu’ti menekankan bahwa transformasi pendidikan ini adalah bagian dari langkah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di tengah tantangan global, tanpa mengubah struktur kurikulum yang sudah ada.