TANGSELXPRESS – Pemungutan suara Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024 akan digelar hari ini Selasa (5/11/2024) waktu setempat.
Namun, para pengamat menilai, pemilu kali ini dinamikanya kian memanas hingga mengancam keamanan pemilih yaitu warga Amerika Serikat.
Sebelumnya, para pejabat keamanan dan intelijen memperingatkan adanya ancaman yang lebih dinamis. Ancaman tersebut semakin mengkhawatirkan setelah insiden terbakarnya surat suara di Negara Bagian Washington dan Oregon.
Juru Bicara Biro Kepolisian Portland, Oregon, Mike Benner, mengungkapkan bahwa kebakaran tersebut disebabkan oleh alat pembakar yang dipasang di kotak suara.
“Petugas kami segera memastikan bahwa ada alat pembakar yang telah dipasang di kotak suara, dan itulah yang memicu kebakaran ini,” ujar Benner, dikutip dari VOA, Selasa (5/11/2024).
Para pejabat memperkirakan akan ada lebih banyak kendala, terutama dengan banyaknya pemilih yang diharapkan hadir di TPS pada Hari Pemilihan.
Meski demikian, para pejabat keamanan pemilu tingkat atas, seperti Jen Easterly dari Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur AS (CISA), meminta warga untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh
“Meskipun lingkungan ancaman sekarang ini paling kompleks, infrastruktur pemilu saat ini paling aman, dan komunitas pemangku kepentingan pemilu juga paling siap,” ucap Easterly.
Diketahui, sejak Januari 2023, pejabat federal, negara bagian, dan lokal telah melakukan lebih dari 1.300 penilaian keamanan fisik serta pelatihan untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Andrew Borene, Direktur Eksekutif Keamanan Global di Flashpoint, juga menyatakan pentingnya kesiapan ini.
Berbicara dengan VOA, Borene menekankan bahwa pelatihan di berbagai sektor, termasuk departemen kepolisian dan pejabat keselamatan publik, akan membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan.
Meskipun begitu, badan intelijen AS mengingatkan bahwa ancaman dari luar negeri tetap ada, terutama dari negara “Tiga Besar” yaitu Rusia, Iran, dan China.
Pejabat AS menyebut Rusia mendukung mantan Presiden Donald Trump untuk kembali ke Gedung Putih.
Sementara itu, Iran dilaporkan berupaya merugikan Trump dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris, yang dianggap sebagai ancaman lebih kecil.
Di sisi lain, China lebih berfokus pada pemilihan anggota Kongres, terutama mereka yang kritis terhadap Beijing.
Raksasa teknologi Microsoft juga mengonfirmasi bahwa pelaku dunia maya China telah berulang kali menarget beberapa anggota Kongres dari Partai Republik.