TANGSELXPRESS – Aku masih ingat, saat itu hari Kamis. Aida, anak semata wayangku meminta izin kepadaku untuk pergi ke sekolah. Saat ini, Aida masih duduk di bangku kelas 1 SMP.
Sebenarnya, waktu itu aku agak keberatan karena Aida sedang kurang enak badan.
“Ada ulangan harian mah, Aida harus ikut,” rengek dia.
Mendengar rengekan puteri semata wayangku, aku tak berdaya. Aku pun mengizinkan dia pergi ke sekolah.
Dengan hati was-wasan, pagi itu aku melepas Aida berangkat ke sekolah dengan Pak Darman, sopir pribadi kami yang sudah mengabdi selama 18 tahun.
Seperginya Aida dan Pak Darman, aku menyibukkan diri dengan jualan online-ku. Yah, selain menjadi ibu rumah tangga, aku punya bisnis sampingan, yaitu bisnis baju gamis secara online.
Meski belum beromset besar, namun bisnis ini cukup lumayan memberiku penghasilan tambahan.
Pukul 09.30 WIB, aku mendengar pintu depan terbuka. Aida anakku ternyata sudah pulang.
“Maah, badanku anget,” kata dia sambil masuk kamarnya.
Aku tak sempat memeriksa badan Aida. Karena dia keburu masuk kamar dan mengunci pintu dari dalam.
Tak biasanya gadis cantikku itu berperilaku seperti itu. Setiap pulang sekolah, dia selalu memberikan pelukan hangat kepadaku.
“Pak Darman mana, kamu pulang sama siapa?,” tanyaku dari luar kamarnya.
“Pak Darman ada perlu, tadi Aida dianter sampai depan pagar aja,” kata Aida dari dalam kamar.
Pagi itu, aku tak menaruh curiga sedikitpun dengan perilaku Aida. Aku kira memang dia butuh istirahat karena kurang enak badan.
Aku pun melanjutkan pekerjaanku untuk menawarkan baju gamis daganganku ke sejumlah orang.
Pagi itu, transaksi yang aku jalani cukup lumayan. Ada 30 baju yang dipesan oleh pelanggan saya.
Hingga akhirnya keterkejutanku memuncak. Sekitar pukul 12.30, aku mendengar Pak Darman membunyikan klakson minta dibukakan pintu gerbang.
Kupikir, Pak Darman datang sendirian. Hatiku terperanjat kaget saat dari pintu belakang mobil keluar Aida. Masih lengkap dengan seragam dan tas sekolah.
“Aida kamu baik-baik saja,” tanyaku penuh selidik dan bingung.
“Iya mah, Aida baik-baik saja. Tuh tanya Pak Darman, dari pagi dia nungguin Aida di sekolah,” kata Aida.
Mendengar penuturan anak kesayanganku ini, aku makin bingung. Siapa gadis yang pulang ke rumah tadi pagi?
Rasa penasaranku membawaku ke kamar Aida. Aku ikuti Aida dari mulai halaman sampai dia masuk ke kamar.
Keanehan berikutnya, Aida dengan mudah membuka pintu kamarnya. Tak terkunci dari dalam.
Di dalam kamar, aku tak menemukan orang lain selain Aida yang baru saja datang sekolah.
Dalam kebingungannku, aku peluk Aida erat-erat dan aku tangisi. Aku tahu dia bingung dengan sikapku.
“Sayang, mamah mau nanya. Aida beneran tadi berada di sekolah, tidak pergi kemana-mana?,” tanyaku pada Aida.
“Aida di sekolah mah, tanya Pak Darman. Dia nungguin Aida sampai pulang. Emang ada apa mah?,” tanya dia.
Akupun tak bisa menjawab pertanyaan anak gadisku itu. Dan hingga saat ini aku tak tahu siapa gadis yang datang ke rumah ini dengan berpura-pura menyerupai Aida.
Saat kuceritakan kejadian ini kepada Mas Yuda, suamiku, dia hanya tersenyum. “Mungkin mamah kecapean dan butuh istirahat,” kata Mas Yuda mencoba menghiburku.