TANGSELXPRESS– Tawuran remaja kembali terjadi di Tangerang Selatan. Belum lama ini, satu remaja dirawat intensif di rumah sakit setelah terkena sabetan benda tajam usai tawuran di kawasan Ciputat.
Kejadian tawuran yang berulang dan terus mendatangkan korban, membuat miris Dr. Phil., Ir. Rino Wicaksono, ST, MArchUD, MURP, seorang akademisi yang juga Caleg DPR RI Partai nomor 5 NasDem dari Dapil Banten III (Kota Tangsel, Kota Tangerang dan Tangerang Kabupaten) dengan nomor urut 4.
Rino Wicaksono yang adalah Ketua Tim Tenaga Ahli Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mulai dari tahun 2014 sampai dengan sekarang, berpandangan, kalau sampai ada remaja ingin berkelahi di luar gelanggang olahraga bela diri, apalagi bawa senjata, sudah bisa dipastikan remaja tersebut sakit jiwa.
Kalau ada puluhan remaja ingin tawuran, ingin melukai orang yang tidak dikenal, tidak peduli dengan masa depannya sendiri, kayanya bisa diduga masyarakat kita telah sakit jiwa.
Kalau sampai ada banyak anak remaja sakit jiwa berarti lingkungannya, mulai dari keluarga, sekolah, pemerintah dan pemda sampai dengan publik tidak memiliki mitigasi terhadap potensi penyebab remaja menjadi sakit jiwa.
Menurut mantan Ketua Dewan Pimpinan Nasional Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI), Kemenpora, tahun 1997 – 1999 itu, anak-anak yang suka tawuran tersebut sudah pasti tidak cerdas.
Mereka tidak punya cita-cita yang harus diraih, tidak punya rencana dalam kehidupannya, setiap hari melalui waktu tanpa target, dan sudah pasti kecewa dengan kondisi diri sendiri dan lingkungannya.
Kalau sampai ada remaja yang kecewa dengan keadaannya, bisa jadi itu disebabkan oleh orangtua dan/atau oleh lingkungan eksternal keluarga, yaitu teman, atau masyarakat.
“Sepengetahuan saya, hampir semua remaja pernah merasa tidak puas dengan kondisi lingkungannya, di situlah peran kesehatan jiwa atau mental health menjadi sangat penting. Remaja yang mentalnya sehat, akan berpikir waras untuk berusaha merubah nasibnya secara positif, tidak secara negatif,” jelas akademisi yang mantan Ketua Permias Denver Colorado dan mantan Ketua PPIA Australia Selatan itu.
Kerusakan mental itu, lanjut Rino, tidak terjadi dengan tiba-tiba, tetapi bertahap. Kejadian atau doktrin negatif yang mempengaruhi mentalnya itu biasanya berlangsung cukup lama, bahkan ada yang tahunan.
Remaja yang sehat mentalnya akan menjaga kesehatan fisiknya, melatih pikirannya, mengembangkan kesabarannya, taktis dalam bekerja, santun dalam bersikap dan sopan dalam berbicara.
“Kesehatan jiwa anak amat sangat penting untuk masa depannya. Anak adalah mereka yang sejak dalam kandungan hingga sebelum 18 tahun. Kesehatan jiwa melalui pendidikan agama dan budaya yang positif sangatlah penting. Misalnya budaya disiplin, jujur dan Bertanggung-jawab.
Kesehatan jiwa anak atau child mental health adalah tanggung jawab orangtua, guru, pemerintah, pemda dan masyarakat luas,” demikian pendapat Rino Wicaksono yang pernah menjadi aktivis Perwitasari Mental Health Organization di Yogyakarta pada kurun waktu tahun 1977 sampai dengan 1987.