TANGSELXPRESS – Malam itu, Herman menunaikan tugas pertamanya sebagai security di kantor baru perusahaan pers di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Yah, sebelumnya kantor Herman berada di gedung warna biru yang lokasinya beberapa ratus meter dari kantor barunya.
Malam itu, adalah hari Kamis malam jumat Kliwon. Herman telah menghabiskan beberapa batang rokok dan gelas kopi untuk membunuh sepinya malam. Herman, malam itu tugas sendirian.
“Saat itu kantor baru saja buka, tenaga security baru terisi tiga orang,” kata Herman.
Sejak sore, ada perasaan tak enak yang mengganggu Herman. Setiap kali dia memandang arah Gedung, Herman merasa ada sepasang mata yang mengawasi.
“Kondisi gedung memang gelap karena kantor baru dan belum terisi. Dan saat itu, saya bertugas sendirian,” kata Herman.
Herman terus berusaha membunuh rasa gelisahnya. Dia memilih berjaga sambal duduk di luar pagar di bawah pohon kersen.
Tak biasanya, malam itu Herman terus gelisah. Dia terus merasa diawasi sepasang mata yang menyorotnya dengan sangat tajam.
Waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB. Rasa kantuk mulai menyerang Herman. “Saat itu, saya berusaha untuk tidak tidur meski merasa ngantuk berat,” kata dia.
Namun, sekuat-kuatnya Herman menahan rasa kantuk, akhirnya dia menyerah juga. Pria satu anak itu sempat tertidur sesaat di kursi jaganya. “Saat itu, saya sempat tertidur sebentar,” katanya.
Betapa terkejutnya Herman, saat membuka mata, dia melihat nenek renta berada di pinggir jalan. Tepatnya empat meter dari Herman semula duduk. “Nenek ini bongkok, dan butuh pertolongan,” batin Herman.
Naluri menolongnya seketika membuncah. Herman mendekati wanita itu dan bertanya. “Mau kemana nek, ada yang bias saya bantu?” tanya Herman.
Tak ada senyum dari wanita betubuh bongkok itu. “Saya ingin menyeberang jalan nak nyari angkot, saya mau ke Pasar Kebayoran Lama. Bisa minta tolong nyeberangin nenek kah cu,” tanya nenek bertubuh bongkok itu.
Herman pun menuntun wanita itu menuju seberang jalan. Dia pegangi lengan kiri si nenek.”Rumahnya mana nek,” tanya Herman. “Belakang situ cu,” jawab si nenek.
Sesampainya di seberang jalan, Herman pun bergegas kembali ke tempatnya semula.
Namun keanehan seketika muncul saat Herman menoleh ke belakang. “Saat itu saya baru saja sampai di tengah jalan. Sempat berhenti, dan nengok ke belakang. Ternyata si nenek sudah tidak ada di tempat semula. Padahal saya yakin, saat itu tidak ada angkot yang berhenti,” terang Herman.
Rasa takut seketika menyeruak di hati Herman. “Jangan-jangan dia hantu,” kata dia.
Dia jadi ingat yang dikatakan wanita bongkok itu. Dia mengatakan kepada Herman, bahwa rumahnya ada di belakang tempat duduk Herman. Dan Herman baru sadar, di belakang lokasi tersebut adalah kuburan keluarga milik warga sekitar lokasi kantornya Herman.
Soal hantu wanita bongkok itu, tersiar kabar wanita tersebut adalah warga sekitar yang meninggal akibat tertabrak kendaraan saat menyeberang. Peristiwa maut itu sebenarnya terjadi beberapa tahun silam.
“Katanya wanita itu meninggal di depan kantor saat warga sekitar sini menyelamatkannya dari tengah jalan,” terang Herman.
Menurut kabar, hantu wanita bertubuh bongkok itu memang sering menampakkan diri di sekitar tempat itu. Banyak warga yang melihat, si nenek sering menyeberang jalan sendirian.
“Lalu, siapakah sejatinya wanita itu, saya tidak tahu,” kata Herman.