KISAH ini tentang seorang gadis, sebut saja dia Melati. Kepada Tangselxpress.com, dia minta identitasnya dirahasiakan. Sekitar lima tahun lalu, Melati mendapat tugas praktek di sebuah desa di daerah Jawa Barat.
Melati baru saja lulus sekolah kebidanan. Menjadi seorang bidan merupakan impiannya sejak remaja. Dia senang sekali membantu perempuan melahirkan. Namun, tak disangka di awal karirnya, Melati justru mengalami kejadian tak mengenakkan.
Hari pertama Melati di desa S disambut dengan guyuran hujan lebat dan petir yang menggelegar. Sekretaris Desa mengantarkannya ke sebuah rumah kosong tak jauh dari puskesmas di desa tersebut.
Malam itu, Melati seorang diri di rumah berukuran sedang dengan dua kamar tidur. Kata Ibu Sekdes, besok baru Melati akan ditemani Bi Darmi.
“Malam ini tidak apa-apa yang neng sendirian dulu. Besok pagi baru Bi Darmi datang untuk nemenin Neng selama bertugas di sini. Semoga betah ya neng,” ujar bu sekdes bernama Yati itu.
Melati memang bukan gadis penakut. Dia sudah terbiasa sendiri. Bahkan, tengah malam sekalipun.
Malam itu waktu menunjukkan pukul 19.15 WIB. Belum terlalu malam, untuk ukuran Kota Jakarta, tempat Melati dari kecil tinggal. Namun, di desa tersebut, jam 7 malam saja sudah seperti tengah malam. Tak ada lagi orang lalu lalang di luar rumah.
Bahkan, Bu Yati sudah mengingatkan Melati untuk tidak keluar rumah setelah Isya. Hal ini ternyata menjadi pantangan di desa tersebut.
“Ingat ya Neng, jangan keluar rumah setelah Isya. Pantang di sini, ini sudah jadi aturan di adat desa ini,” pesan Bu Yati dalam perjalanannya mengantar Melati tadi.
Namun, dasar si Melati bukan gadis penakut. Semakin dilarang, rasa penasarannya semakin menguat. Apalagi terbiasa hidup di kota besar yang jauh dari hal-hal mistis membuat Melati kurang percaya hal tersebut.
Hari ketujuh Melati di desa tersebut. Melati mulai nekat keluar rumah di malam hari. Sebenarnya bukan karena iseng, tapi lantaran handphone miliknya tertinggal di dalam puskesmas.
Menurutnya, toh tak jauh jarak dari rumahnya ke puskesmas. Apalagi dia merasa tak bisa hidup tanpa handphone-nya itu.
Waktu menunjukkan pukul 21.20 WIB, belum terlalu malam bagi Melati. Dia baru tersadar ponselnya tertinggal usai mandi. Banyaknya pasien hari itu, sehingga Melati tak langsung mandi sepulangnya bekerja. Dia masih mengurus berkas-berkas pasien setibanya di rumah.
Lampu penerangan di puskesmas sangat minim. Lampu hanya menyala di bagian luar saja. Suasana hening, hanya sesekali terdengar suara jangkrik bersahutan. Melati membawa senter untuk menerangi bagian dalam puskesmas yang gelap gulita.
Belum juga berhasil mendapatkan ponselnya, Melati dikejutkan dengan suara benda jatuh. Sekelebat bayangan hitam seperti menabrak tubuhnya. Melati mendadak merasa tubuhnya lemas. Kepala pusing seperti berputar. Untung saja, tak sampai pingsan.
Keesokan paginya, Melati menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Bi Darmi.
“Hati-hati neng, jangan diulangi lagi keluar rumah larut malam ya. Bahaya,” ujar Bi Darmi.
Melati penasaran apa yang dimaksud Bi Darmi. Namun, wanita paruh baya itu tak melanjutkan bicaranya. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya menyapu halaman rumah.
Usai kejadian itu, Melati dihantui mimpi buruk yang sangat menakutkan. Selama tujuh hari berturut-turut dia mimpi didatangi wanita muda berbaju hitam dengan darah mengalir dari perut hingga ke kaki. Dan tepat di hari ketujuh mimpi itu, wanita muda tersebut memanggil namanya.
Dalam mimpi itu, Melati melihat wanita muda berwajah seram penuh darah itu mendekatinya. Kedua tangannya lalu meraih leher Melati. Dia merasa tercekik, sekujur tubuh rasanya panas. Sesak, hingga tak bisa berteriak. Dekat sekali wajah wanita itu di hadapan Melati. Wajah penuh amarah dan kebencian.
Usai itu, Melati demam. Tubuhnya menggigil dan kepalanya sangat pusing. Mantri yang memeriksanya hanya mengatakan Melati kelelahan bekerja. Obat yang diberikan mantri tak juga membuat Melati sembuh.
Di hari ke-14 sakitnya Melati, Bi Darmi membawa Ki Jarot, seorang dukun yang dianggap ampuh menyembuhkan penyakit aneh seperti yang dialami Melati.
Ki Jarot mengatakan ada sosok makhluk yang masuk ke dalam tubuh Melati. Konon kabarnya, barulah Melati mengetahui bahwa pernah ada peristiwa seorang ibu muda meninggal dunia saat melakukan persalinan yang disebabkan dengan kelalaian dokter yang praktek di puskesmas itu.
Setelah kejadian itu, tak ada satu pun dokter yang bertahan lama praktek di puskesmas itu, hingga akhirnya datanglah Melati di tempat tersebut.