TANGSELXPRESS – Pihak kepolisian menyampaikan proses awal penanganan dari laporan yang dilayangkan Mellisa Anggraini selaku kuasa hukum para korban dugaan pelecehan seksual di ajang kontes kecantikan Miss Universe Indonesia 2023.
Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi mengatakan, berdasarkan pernyataan dari Mellisa yang sudah dimintai keterangan, para korban mengalami trauma setelah diduga difoto tanpa busana saat sesi body checking (pengecekan tubuh).
“Menurut keterangan dari pada pelapor sebagai lawyer-nya, korban masih dalam keadaan trauma,” ujar Hengki kepada wartawan seperti dikutip, Jumat (11/8).
Hengki menjelaskan, pihaknya akan mengambil langkah dengan berkoordinasi bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dalam hal memberikan pendampingan psikologis kepada para korban.
Nantinya, setelah kondisi para korban stabil, penyidik akan melanjutkan proses pengusutan kasus dugaan pelecehan tersebut dengan meminta keterangan ke sejumlah korban.
“Kita akan periksa korban dulu, kemudian pelapor kita akan periksa. Apabila ini memenuhi delik atau pun perbuatan pidana akan kita tindaklanjuti sampai menemukan siapa tersangkanya,” terangnya.
Diberitakan sebelumnya, pengacara tujuh finalis ajang Miss Universe Indonesia diduga korban pelecehan, Mellisa Anggraini mengklaim ada satu korban yang menangis setelah difoto saat body checking tanpa busana.
Hal tersebut dikatakannya saat mendatangi Polda Metro Jaya Rabu (9/8) untuk menjalani pemeriksaan dalam kasus tersebut di mana ia menjadi pelapor dalam laporan kasus tersebut.
“Jadi teman-teman ini juga tertekan, ada relasi kuasa di situ. Sehingga, belum ada saya mendengar mereka menolak, tapi sudah menyampaikan berkali-kali ada yang bilang sudah kayak mau nangis mukanya, ada yang sudah nangis setelah dilakukan ya,” ujar Mellisa kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Rabu (9/8).
Mellisa menilai apabila memang ada kegiatan untuk body checking dalam ajang Miss Universe Indonesia, semestinya dilakukan sejak awal. Namun yang terjadi dilakukan 2 hari sebelum grand final.
“Kalau ditanya secara hati nurani, mereka tentu tidak mau, itulah yang dikatakan relasi kuasa, tidak semudah itu,” kata Mellisa.
“Sehingga ini layak untuk dimintakan pertanggungjawaban. Makanya kami tadi sudah sampaikan lebih jauh apakah di dalam SOP di dalam perusahaan itu selama proses perhelatan Miss Universe sudah dilakukan benar atau belum. Mereka kompeten nggak, bener nggak, sudah punya lisensi dan lain-lain. Itu kan hal-hal yang patut dipertanyakan,” tambahnya.