ERA disrupsi dapat diartikan sebagai era atau zaman yang pada zaman itu terjadi kekacauan dan keterserabutan dari akarnya. Era atau zaman terjadinya perpindahan, dari kenyataan lama ke kenyataan baru, yaitu perpindahan fisik, geografis, kenyataan dunia maya mulai dari komunikasi informasi permainan dan pemetaan (Sabar, 2020).
Era disrupsi adalah era yang menurut James Mittelman (dalam Rakhman, 2020) adalah era yang mengompres aspek ruang dan waktu dalam hubungan sosial, akibat perkembangan teknologi informasi pada Revolusi Industri 4.0.
Disrupsi juga merupakan cara berpikir yang ampuh tentang pertumbuhan yang didorong oleh inovasi dan dilihat sebagai peluang inovasi yang menguntungkan.
Disrupsi pada pemasaran adalah akibat dari Revolusi Industri 4.0. Menurut (Darwin, 2020) terjadinya disrupsi pada marketing adalah sejalan dengan terjadinya Revolusi Industri 4.0.
Jadi disrupsi ini adalah perpindahan terhadap sesuatu yang lama ke sesuatu yang baru seperti perubahan yang terjadi karena adanya teknologi. Dengan adanya teknologi ini dunia menjadi berubah dari yang tadinya semua dilakukan secara manual dan jangkauannya tidak luas sekarang dengan adanya teknologi bisa merubah suatu pekerjaan menjadi lebih mudah dan apa yang kita lakukan itu jangkauannya akan jauh lebih luas serta dapat disebarkan ke seluruh dunia dengan cepat.
Perubahan pada semua tatanan menjadi cara yang baru. Terutama pada marketing disruptive. Kita akan membahas dulu konsep disrupsi marketing. Pada teori disrupsi marketing menurut Hermawan Kartajaya menyebutnya dengan konsep marketing 4.0, sedangkan Rhenaldi Kasali menyebutnya dengan konsep MO (mobilisasi dan orkestrasi). Adapun persamaannya adalah memiliki kesamaan dengan memanfaatkan crowd atau kerumunan untuk menerapkan pemasaran baru.
Nah, kira-kira pemasaran baru itu seperti apa? Pemasaran baru di sini adalah pemasaran dengan menggunakan teknologi. Dari yang tadinya masih menggunakan cara lama kini sudah menggunakan cara baru yaitu marketig menggunakan teknologi.
Apa saja strategi pemasaran dalam marketing disruptive?
1. Iklan menggunakan media sosial dan meningkatkan efisiensinya
Media sosial menjadi pilihan no. 1 bagi konsumen untuk mencari barang baru. Memasarkan di media sosial dengan memposting foto dan video yang bisa membuat pelanggan melihat dan tertarik untuk membeli barang tersebut.
2. Daftarkan bisnis Anda di Google
Kenapa perlu untuk mendaftarkan bisnis Anda di Google? Karena alat ini digunakan untuk membantu bisnis mengelola kehadiran mereka dan Google termasuk mesin pencari yang bisa melakukan penelusuran dan terdapat fitur maps sehingga memudahkan pembeli dalam mencari lokasi bisnis Anda. Mendaftarkan bisnis Anda di Google juga merupakan cara terbaik untuk memasarkan bisnis Anda ke generasi milenial.
3. Daftarkan bisnis Anda pada Google Ads
Ini merupakan strategi pemasaran ritel. Dengan mendaftarkan bisnis Anda pada Google Ads membuat jangkauan pemasaran bisnis Anda jauh lebih luas. Karena Google Ads tersebut juga akan muncul ketika orang-orang mengakses atau menggunakan Google sehingga banyak orang yang melihat iklan bisnis Anda.
4. Ambil jalur digital untuk mengiklankan bisnis
Pada zaman ini banyak sekali iklan yang muncul di podcast atau menjadi sponsor di acara atau event-event besar.
5. Pahami puncak musiman
Seperti musim liburan di situ adalah peluang yang sangat besar karena pembeli bisa menghabiskan lebih banyak uang dari biasanya.
Di sini dapat kita pahami bahwa disrupsi ini mengubah cara dari cara lama ke cara baru yaitu dengan bantuan teknologi.
Dengan adanya cara belanja yang baru kita jangan kalah terhadap perkembangan tetapi kita lebih harus memanfaatkan ini sebagai peluang untuk bisnis kita agar bisa bertahan dan lebih berkembang di era disrupsi ini. Teknologi diciptakan untuk membantu atau meringankan pekerjaan kita bukan untuk menggantikan kita.
Penulis:
Renata Fitriani
Mahasiswi Universitas Pamulang
Tulisan ini dibuat dalam rangka tugas kuliah.