LORONG itu tampak remang. Sinar bohlam lampunya seolah tak kuat memancarkan cahaya terang. Bahkan, sesekali meredup lalu kemudian berusaha kembali menyala. Lembab dan terkesan angker, ini yang dirasa hampir seluruh karyawan sebuah perusahaan media massa di Jakarta Selatan.
Apes bagi Roy, malam itu dia kebagian shift malam. Berbagai kisah horor di lorong tersebut telah sampai di telinga Roy.
Pria berkacamata itu tak dapat mengelak. Maklum, ia merupakan anak baru di kantor tersebut. Peraturan di kantor bahwa setiap anak baru wajib dapat shift malam.
Satu per satu karyawan pulang. Tersisa Roy dan Budi. Kedua orang ini kebagian shift malam. Tugasnya memantau peristiwa terkini yang terjadi.
“Bud, lampu-lampu kita nyalain semua ya,” pinta Roy kepada partnernya itu.
“Lah kenapa Roy? Lo takut ya? Aduh, jangan percaya cerita-cerita horor yang teman-teman ceritain. Gue dah dua tahun lebih di sini, nggak pernah lihat yang aneh-aneh,” ujar Budi sambil matanya menatap ke layar komputer.
“Ya gimana ga takut bro, tiap hari gue dijejelin cerita horor ama anak-anak di sini. Ngeri-ngeri sedap juga,” jawab Roy.
Belum sempat Budi menanggapi ocehan Roy, terdengar suara pintu lift terbuka. Saat itu waktu menunjukkan pukul 00.30 WIB. Dari kejauhan ada suara langkah seseorang. Tak terlalu jelas, hanya berupa bayangan hitam.
Roy langsung menggeser kursinya mendekat ke Budi.
“Siapa itu Bud? Sumpah serem gue nih,” ujar Roy dengan mimik wajah ketakutan.
“Ah lo Roy, tenang aja. Yakin gue bukan hantu itu,” jawab Budi.
“Tuh kan bener, itu Pak Wahid, sekuriti di sini,” sambung Budi.
“Hai Pak Wahid, salam kenal pak, saya Roy anak baru di sini,” sapa Roy, masih dengan wajah ketakutan.
Pak Wahid tak menjawab sapaan Roy. Wajahnya terlihat dingin dan pucat, tak seperti biasanya.
“Lagi kurang sehat pak?” tanya Budi.
Pak Wahid hanya mengangguk. Dia berjalan gontai, lesu tak bersemangat. Raut mukanya pun tampak sedih.
“ Ya sudah pak, duduk sini aja bareng kita. Istirahat dulu pak,” cerocos Budi.
Pria berusia 50an tahun itu tak berkata sedikit pun. Dia lalu duduk di dekat dua pemuda itu.
Belum sampai satu jam, Pak Wahid beranjak pergi meninggalkan Roy dan Budi.
Tak ada kata pamit yang terlontar dari mulut Pak Wahid. Malam itu, sekuriti yang sudah lebih dari 10 tahun bekerja itu terkesan sangat misterius.
Sepeninggal Pak Wahid, ruangan di kantor beraroma bunga melati. Spontan, Roy dan Budi serentak berdiri dari kursi mereka.
Roy dan Budi saling tatap. Kali ini, bukan saja Roy yang ketakutan. Wajah Budi mulai terlihat cemas.
“Bro dah mau subuh nih, gue cabut ya,” ucap Roy memecahkan kesunyian.
“Jangan tinggalin gue bro, kita pulang bareng dong,” jawab Budi.
“Lah tumben lo jadi penakut gini,” tuding Roy.
“Bukan gitu bro, jam piket kita kan sudah sama-sama selesai,” elak Budi.
Keduanya segera berkemas, lalu kemudian pulang. Baru saja sampai di parkiran basement, Roy dan Budi dapat pesan WhatsApp.
Isi pesan itu: Innalillahi wainnailahi rojiuun. Kabar duka, telah meninggal dunia karyawan kita, Wahid bin Sulaiman pada Sabtu 11 Januari 2023 pukul 00.30 WIB karena kecelakaan. Semoga almarhum husnul khotimah. Wassalam. Keluarga Alm Wahid.