TANGSELXPRESS – Seribu lebih kepala keluarga (KK) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dikabarkan masih buang air besar sembarangan (BABS) atau tidak memiliki septic tank.
Tercatat, Kecamatan Setu merupakan kecamatan dengan jumlah warga yang BABS terbanyak yakni berjumlah 458 KK. Disusul Kecamatan Serpong sebanyak 339 KK.
Kemudian Kecamatan Pamulang sebanyak 315 KK, Kecamatan Pondok Aren sebanyak 307 KK, dan Kecamatan Serpong Utara sebanyak 210 KK.
Selanjutnya ada 94 KK di Kecamatan Ciputat dan 66 KK di Kecamatan Ciputat Timur. Angka totalnya yakni 1.789 KK, mengutip data dari Dinas Kesehatan Kota Tangsel.
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Kota Tangsel menjanjikan memberikan bantuan kepada warga berupa biotank sekaligus pemasangannya mulai Februari 2023.
“Rencana sekitar 1.800 KK data dari Dinkes tersebut akan kita beri biotank. Insya Allah tahun ini harusnya selesai,” kata Kabid Air Minum dan Air Limbah DCKTR Kota Tangsel Budi Rachmat di Kota Tangsel, Kamis (19/1).
Meskipun Tangsel merupakan wilayah satelit Jakarta, Budi mengakui, masih cukup banyak warga yang BABS. Sehingga pembangunan biotank atau septic tank modern menjadi hal yang harus dilakukan.
“Karena saat ini semua daerah gencar menjadi ‘Kota Sehat’ agar angka stunting menurun,” ucap Budi.
Menurut dia, Pemkot Tangsel berupaya menurunkan angka stunting yang nyaris menembus angka ambang batas 20 persen.
Dalam proses untuk merealisasikan pembangunan biotank kepada 1.800 KK, sambung Budi, DCKTR Kota Tangsel sedang melakukan survei ke lapangan untuk memeriksa langsung rumah yang belum memiliki septic tank.
Rencananya, pada akhir Februari 2023, pembangunan biotank bervolume 800 liter sudah mulai dilakukan.
“Survei berjalan mulai Januari ini, jadi sekarang kami sedang survei untuk mengecek langsung di titik koordinat. Target saya tahapan survei ini paling lama sebulan. Besar harapan saya, Februari sudah mulai pelaksanaan pembangunan biotank,” ungkapnya.
Budi menuturkan, bantuan tersebut tidak hanya berupa biotank saja, tetapi juga pemasangannya. Sehingga masyarakat yang masuk data BABS tersebut dapat menerimanya secara cuma-cuma.
“Iya (masyarakat terima beres), sudah langsung berfungsi biotanknya. Biotank hanya menampung untuk kotorannya, airnya ke sumur resapan. Diupayakan per tiga tahun atau sekian tahun disedot,” tandas Budi.