TANGSELXPRESS – Bupati Cianjur Herman Suherman serta pejabat Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga yang rumahnya masih aman dihuni untuk pulang.
“Warga yang tinggal di pengungsian sudah dapat pulang ke rumah dengan catatan rumahnya masih aman untuk dihuni, namun mereka diimbau tetap waspada,” kata Herman.
Sementara, salah satu korban gempa yang mengungsi di Posko Bencana Limbangan Sari, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, mengaku trauma untuk kembali ke rumah mereka.
“Kalau ditanyakan ingin balik ke rumah, jawabannya pasti mau. Karena siapa sih yang mau terus mengungsi di tenda pengungsian dengan kondisi seperti ini. Pingin balik lagi ke rumah, tapi masih trauma,” kata Siti Fatimah, korban gempa yang mengungsi di Posko Bencana Limbangan Sari, Kamis (1/12).
Warga Kampung Berenuk di Desa Limbangan Sari itu mengungsi di posko sejak 22 November 2022, sehari setelah gempa dengan magnitudo 5,6 mengguncang wilayah Cianjur.
Gempa bumi telah membuat Siti kehilangan dua anak yang masing-masing berusia enam tahun dan tiga bulan, seorang keponakan, dan seorang kakak kandung. Rumah Siti juga rusak berat akibat gempa.
“Anak saya dua-duanya meninggal, keponakan saya juga. Ada rasa penyesalan yang teramat besar karena saya tidak bisa menolong buah hati saya dan keponakan saya,” kata Siti.
“Sampai sekarang saya masih ingat suara tangisan anak saya yang minta tolong, tapi saya enggak bisa nolong,” kata Siti, yang saat gempa terjadi sedang berada di rumah kakaknya di Kampung Tegallega di Kecamatan Warungkondang.
Meski masih berjuang menghadapi trauma, Siti punya tekad untuk kembali ke rumah dan menata kembali hidupnya.
“Meskipun saya trauma, rumah saya rusak berat, saya masih tetap pingin balik lagi ke rumah… Membangun kembali rumah saya yang rusak daripada harus pindah ke (daerah) relokasi. Itu soalnya tempatnya jauh dari saudara saya di sini,” kata dia.
Hal senada pun diungkapkan oleh Dewinta (32) yang juga mengaku masih berusaha mengatasi trauma untuk kembali ke rumahnya pasca-gempa bumi.
“Tentunya pingin balik lagi ke rumah atuh, bagaimana pun juga itu rumah kita, banyak kenangannya. Tapi ya itu tadi, selain rumah saya-nya yang lumayan rusak berat, saya juga masih trauma,” kata Dewinta.
“Anak bungsu saya itu, kalau saya bawa lihat kondisi rumah, dia enggak mau lihat saking traumanya,” tambahnya.
Menurut Koordinator Posko Bencana Limbangan Sari Ari Setiawan masih ada sekitar 460 warga Kampung Berenuk yang mengungsi di posko.
Di Posko Bencana Limbangan Sari, yang disediakan oleh Sinergi BUMN, ada 21 tenda ukuran 4 x 6 meter dan tiga tenda pleton yang didirikan untuk menampung korban gempa bumi.
“Kami mendirikan tenda pengungsian di sini sejak Selasa (22/11) atau sehari pasca gempa,” kata dia.
Ari mengatakan bahwa kebanyakan pengungsi yang menempati Posko Bencana Limbangan Sari adalah warga Kampung Berenuk yang rumahnya rusak sedang hingga berat.
Gempa bumi yang melanda wilayah Kabupaten Cianjur menurut data pemerintah hingga Rabu (30/11) telah menyebabkan 328 orang meninggal dunia.
Jumlah warga yang mengungsi karena rumahnya terdampak gempa hingga Selasa (29/11) sore tercatat sebanyak 108.720 orang, yang terdiri atas 52.987 lelaki dan 55,733 perempuan.