HONG KONG – Kebakaran besar yang melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court, Hong Kong, Rabu, 26 November 2025 berubah menjadi tragedi mematikan setelah jumlah korban tewas melonjak menjadi 44 orang, meningkat dari laporan awal 36 korban.
Ratusan warga masih hilang dan ribuan lainnya dievakuasi ketika api menjalar cepat melalui perancah bambu yang membungkus bangunan selama proses renovasi.
Api pertama kali terpantau pada pukul 14.51 waktu setempat, ketika asap muncul dari salah satu blok menara yang sedang direnovasi. Perancah bambu yang ringan dan mudah terbakar, ditambah penggunaan polistirena di area jendela, membuat kobaran api merambat tak terkendali ke tujuh menara setinggi 31 lantai.
Suhu ekstrem, asap pekat, serta pecahan material bangunan yang berjatuhan membuat regu pemadam kesulitan masuk ke dalam gedung.
Dalam 40 menit, status bahaya meningkat menjadi alarm empat, lalu naik menjadi alarm lima pada pukul 18.22, kategori tertinggi yang belum pernah dikeluarkan selama 17 tahun terakhir.
BBC melaporkan adanya ledakan-ledakan kecil dari dalam gedung, menandai kompleksitas situasi pemadaman.
Lebih dari 760 petugas pemadam, 128 mobil pemadam, puluhan ambulans, dan sekitar 400 polisi dikerahkan. Namun upaya ini belum mampu menghentikan penyebaran api hingga malam hari. Pemerintah kemudian memulai penyelidikan awal terkait material konstruksi yang digunakan dalam proyek renovasi tersebut.
Jumlah korban terus bertambah sepanjang malam. Dari 13 korban meninggal pada Rabu malam, angka itu melonjak menjadi 36 di Kamis pagi, lalu 40 pada siang hari, hingga akhirnya dikonfirmasi menjadi 44 korban tewas.
Lebih dari 279 warga masih hilang, memicu pencarian besar-besaran menggunakan berbagai metode, termasuk pengeras suara untuk memanggil anggota keluarga yang belum ditemukan.
Di antara korban tewas terdapat seorang petugas pemadam berusia 37 tahun yang sebelumnya dinyatakan hilang kontak dan ditemukan tak sadarkan diri sebelum meninggal di rumah sakit.
Pemerintah Hong Kong membuka berbagai pusat darurat untuk menampung ribuan warga yang dievakuasi. Beberapa lokasi, seperti Tung Cheong Street Sports Centre, cepat penuh sehingga warga dialihkan ke gedung komunitas lainnya. Sejumlah pengungsi lanjut usia terlihat tiba menggunakan kursi roda dan tongkat. Enam sekolah di sekitar lokasi kebakaran ditutup sementara karena dianggap tidak aman.
Pada Kamis pagi, polisi mengonfirmasi penangkapan tiga pria atas dugaan pembunuhan terkait kebakaran tersebut. Pemerintah pusat turut memantau perkembangan, dengan Presiden Xi Jinping menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, termasuk petugas pemadam yang gugur.
Tragedi ini kembali memicu sorotan terhadap penggunaan perancah bambu dalam proyek konstruksi Hong Kong. Meski merupakan tradisi lama dan banyak digunakan, sistem ini beberapa kali dipertanyakan keamanannya, terutama dalam proyek berskala besar. Dorongan evaluasi ulang standar keselamatan kini semakin menguat.
Hingga berita ini diturunkan, proses pemadaman total dan pencarian korban masih berlangsung. Pemerintah berjanji memberikan pembaruan berkala sembari menyelidiki penyebab pasti salah satu kebakaran paling mematikan dalam sejarah modern Hong Kong.







