JAKARTA – Jumlah pelajar yang diperiksa aparat kepolisian terkait kasus perundungan (bullying) di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, kembali bertambah seiring pendalaman penyelidikan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Blora, AKP Zaenul Arifin, mengatakan pemeriksaan dilakukan untuk memperjelas kronologi serta peran masing-masing pihak dalam insiden yang sempat viral di media sosial.
“Benar, kami telah meminta keterangan dari beberapa guru dan staf sekolah untuk memperjelas kronologi serta peran masing-masing saat kejadian. Langkah ini merupakan bagian dari proses penyelidikan,” ujar Zaenul di Blora, dikutip Kamis, 13 November 2025.
Pemeriksaan dimulai sejak Senin. 10 November 2025 dengan memintai keterangan dari korban. Sehari kemudian, sebanyak 37 pelajar yang muncul dalam video turut dimintai keterangan.
Pada Rabu, 12 November 2025 penyidik juga memeriksa empat guru serta sejumlah pihak sekolah dari kelas VII, VIII, dan IX di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Blora.
Sebelumnya, jumlah pelajar yang diperiksa tercatat sebanyak 33 orang. Penambahan dilakukan untuk mendalami dugaan kelalaian pengawasan oleh pihak sekolah saat perundungan terjadi.
Video berdurasi 25 detik yang memperlihatkan aksi kekerasan di kamar mandi sekolah itu sempat beredar luas di platform media berbayar dan memicu keprihatinan masyarakat.
“Kami masih mengumpulkan keterangan. Jika nanti ditemukan adanya kelalaian yang menyebabkan peristiwa ini terjadi, tentu akan kami tindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku,” tegas Zaenul.
Selain guru dan siswa, kepolisian juga memeriksa orang tua para pelajar yang terlibat untuk memastikan kondisi psikologis serta latar belakang perilaku anak-anak tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kabupaten Blora, Luluk Kusuma Agung Ariadi, menyebut pihaknya telah menugaskan pendamping psikolog untuk membantu pemulihan mental korban maupun pelaku.
“Pendampingan psikolog sudah kami jadwalkan, baik untuk korban maupun pelaku. Kami terus memantau agar tidak muncul trauma atau perilaku serupa di kemudian hari,” ujarnya.
Dari pihak sekolah, kepala SMP tempat kejadian berlangsung menyampaikan penyesalan dan berkomitmen memperkuat pembinaan karakter serta pengawasan terhadap siswa.
“Kami sangat prihatin dan menyesal atas kejadian ini. Kami langsung berkoordinasi dengan orang tua, pihak kepolisian, dan dinas terkait. Ke depan, pengawasan serta pembinaan terhadap siswa akan kami perketat,” katanya.
Empat pelajar yang terlibat telah dipindahkan ke sekolah lain. Dua di antaranya diduga sebagai provokator, satu sebagai perekam video, dan satu lagi merupakan pelaku utama. Mereka terdiri dari dua siswa kelas VII dan dua siswa kelas IX, sedangkan korban adalah siswa kelas VIII.
Peristiwa perundungan itu diketahui terjadi pada Jumat (8/11) saat jam istirahat di lingkungan sekolah.







