TANGERANG SELATAN– Tidak ada yang mudah dalam kata melepaskan. Terlebih ketika yang dilepaskan adalah seseorang yang pernah menjadi rumah bagi hati dan tempat berpulangnya rindu. Namun hidup sering kali mengajarkan, bahwa tidak semua yang kita genggam akan tetap tinggal, dan tidak semua yang kita cintai ditakdirkan untuk dimiliki selamanya.
Cinta sejati bukan hanya tentang memiliki, tapi juga tentang berani melepaskan dengan lapang dada — ketika bertahan hanya membuat hati semakin luka. Kadang, Tuhan memisahkan dua hati bukan karena keduanya tidak saling mencintai, tetapi karena masing-masing perlu belajar sesuatu yang belum dipahami.
Ikhlas bukan berarti tidak merasa sedih. Ikhlas adalah ketika kamu menangis, tapi tetap mendoakan yang terbaik untuk dia yang pergi. Ketika kamu masih rindu, tapi tidak lagi berharap. Ketika kamu mampu tersenyum meski hatimu sempat retak, karena kamu tahu, kebahagiaan sejati tidak datang dari siapa yang tinggal, melainkan dari kedewasaan untuk menerima kenyataan.
Setiap perpisahan memang meninggalkan luka. Tapi di balik luka, selalu ada ruang untuk tumbuh. Ada pelajaran tentang sabar, tentang percaya, dan tentang mencintai diri sendiri tanpa syarat. Melepaskan cinta bukan berarti kalah — justru di situlah kamu memenangkan dirimu sendiri.
Jangan takut kehilangan, sebab yang ditakdirkan untukmu tidak akan pernah tersesat. Jika hari ini kamu harus berjalan sendirian, percayalah, langkah itu akan membawamu pada versi terbaik dari dirimu — yang lebih kuat, lebih bijak, dan lebih siap untuk mencintai dengan cara yang lebih dewasa.
Jadi, tenangkan hatimu. Biarkan yang pergi tetap berjalan dalam takdirnya, dan biarkan dirimu sembuh dengan waktu. Karena pada akhirnya, cinta sejati tidak pernah benar-benar hilang — ia hanya berubah bentuk menjadi doa yang tulus dari kejauhan.