CIKANDE – Kasus kontaminasi zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada udang beku ekspor asal Indonesia memicu kekhawatiran publik. Zat berbahaya tersebut diduga berasal dari Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sebanyak 15 orang dilaporkan positif terpapar Cesium-137. Sumber radiasi itu diduga kuat terkait aktivitas industri peleburan logam di kawasan tersebut.
Meski sebagian besar paparan masih dapat ditangani melalui dekontaminasi, pemberian obat khusus, dan pemantauan kesehatan jangka panjang, pemerintah memperketat pemeriksaan serta pengawasan terhadap produk dan kawasan industri terkait.
Dikutip dari http://beritasatu.com Guru Besar Ilmu Fisika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Drs. Gede Bayu Suparta, menjelaskan bahwa Cesium-137 merupakan isotop radioaktif yang memancarkan radiasi gamma. Menurutnya, jenis radiasi ini lebih berbahaya dibandingkan sinar-X karena bersifat material dan memiliki umur paruh yang panjang.
“Kalau misalnya saya mencampurkan satu sendok saja, radiasinya bisa menyebar ke mana-mana. Umur paruhnya mencapai 30 tahun,” ujar Bayu, Selasa, 7 Oktober 2025.
Bayu menambahkan, tingkat bahaya paparan tidak dapat diketahui tanpa inspeksi khusus karena radiasi nuklir tidak terlihat oleh mata telanjang. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dekontaminasi serta pendeteksian sumber radiasi menggunakan alat survey meter.
“Kalau ada sumber radiasi dan diarahkan alat ke situ, akan terdengar bunyi. Itu tandanya ada paparan,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya menemukan sumber penyebaran radiasi sebelum melakukan langkah penanganan lanjutan. Bayu juga menyarankan penerapan sistem mutu seperti quality assurance (QA) dan quality control (QC) agar aktivitas industri tetap aman.
“Jika suatu objek sudah mengandung radiasi, pilihannya hanya dua: menghentikan atau memindahkan aktivitas di area terpapar. Semua harus mengacu pada keputusan resmi pemberhentian operasional,” tegasnya.
Meski berbahaya, Bayu menilai radiasi nuklir tetap memiliki manfaat jika digunakan secara terkontrol, misalnya dalam bidang medis dan industri. Namun, Cesium-137 sulit dikendalikan karena tidak dapat terdeteksi tanpa alat khusus.
“Kalau sudah terdeteksi, kita harus waspada. Semua ini butuh kewaspadaan dan disiplin tinggi,” pungkas Bayu.







