TANGERANG SELATAN – Belakangan ini, tren diet volume eating tengah viral di media sosial. Di Instagram, terdapat lebih dari 45 ribu unggahan yang membahas metode diet tersebut.
Dikutip dari New York Post, metode volume eating sebenarnya bukan hal baru. Pola makan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2000 oleh Profesor Barbara Rolls dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat.
Berbeda dari diet pada umumnya, volume eating menekankan pada konsumsi makanan dalam jumlah banyak, tetapi tetap rendah kalori.
Diet ini berfokus pada makanan yang berukuran besar namun memiliki kepadatan kalori rendah. Biasanya, makanan tersebut kaya akan air, serat, atau bahkan mengandung udara, sehingga membuat perut terasa kenyang lebih lama tanpa menambah banyak kalori.
“Idenya ialah memenuhi perut dengan makanan rendah kalori secara alami sehingga ada lebih sedikit ruang untuk makanan yang bisa mengacaukan diet,” ujar ahli gizi Shyla Cadogan.
Dalam metode volume eating, makanan dibagi menjadi dua kategori:
-
High-volume foods, yaitu makanan yang boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak, seperti semangka, selada, jeruk, bayam, putih telur, hingga buah beri.
-
Low-volume foods, yakni makanan tinggi kalori yang perlu dibatasi, seperti minyak, buah kering, madu, sirup maple, kacang-kacangan, dan keju.
Jika dilakukan dengan benar, volume eating dapat membantu menurunkan berat badan. Kandungan serat tinggi pada high-volume foods membuat rasa kenyang bertahan lebih lama, sehingga mengurangi risiko makan berlebihan.
Selain itu, metode ini mendorong seseorang untuk memperbanyak konsumsi sayur dan buah, sekaligus mengurangi makanan cepat saji.
Meski demikian, volume eating tetap memiliki risiko. Asupan serat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kembung, gangguan pencernaan, bahkan kekurangan mikronutrien tertentu.
“Makanan high-volume sering kali tinggi serat. Kalau terlalu banyak, bisa menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan,” jelas Shyla.
Karena itu, penting untuk tetap menyertakan makanan berkalori tinggi dalam porsi kecil agar kebutuhan gizi tetap seimbang.
“Menambahkan sedikit minyak zaitun atau bumbu pada makanan tetap bisa dilakukan dalam pola volume eating,” tambahnya.







